CARA MENETUKAN DIAMETER TULANGAN
Penentuan diameter tulangan atau besi beton yang tidak berpenampang
bulat, terkadang menjadi permasalahan serius di lapangan (proyek). Besi
tulangan atau besi beton polos yang beredar di pasaran memang tidak
semuanya bulat, ada yang berpenampang lonjong.
Batang tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang diprofilkan. Yang dimaksud dengan batang polos adalah batang prismatis berpenampang bulat, persegi, lonjong, dan lain-lain, dengan permukaan licin. Yang dimaksud dengan batang yang diprofilkan adalah batang primatis atau dipuntir yang permukaannya diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kali diameter pengenalnya. Apabila tidak ada data yang mengyakinkan (misalnya keterangan dari pabriknya atau hasil-hasil pemeriksaan laboratorium), maka batang yang diprofilkan dengan jarak rusuk yang tidak memenuhi syarat di atas atau batang yang dipuntir dengan penampang persegi, lonjong, atau berbentuk salib yang permukaannya bertakik, harus dianggap sebagai batang polos
Menentukan atau mengukur diameter tulangan besi polos, Anda bisa mempergunakan jangka sorong. Dengan jangka kita dapat mengukur diameter tulangan bulat baik yang polos dengan cepat dan akura. Bagaimana dengan besi lonjong dan besi ulir ?
Di dalam perhitungan-perhitungan, luas penampang batang polos yang tidak berpenampang bulat (lonjong) dan batang yang diprofil (ulir), harus diambil 1/4 π dp2, dimana ‘dp’ disebut diameter pengenal. Yang dimaksud dengan diameter pengenal ‘dp’ adalah diameter batang yang berpenampang bulat yang mempunyai panjang dan isi yang sama dengan batang yang ditinjau. Apabila ‘g’ adalah berat batang per m’ dalam kg, maka diameter pengenal dalam mm dapat dihitung dengan rumus dp = 12,8 √g.
Caranya, potong satu meter besi lonjong atau ulir. Lalu ditimbang, misalnya berat besi potongan itu 1,5 kg. Hitung dengan kakulator ‘akar’ dari 1,5, yakni hasilnya = 1,224745. Maka diameter pengenal tulangannya adalah sama dengan, 12,8 kali 1,224745 = 15,67673 mm. Jadi diameter potongan tulangan tersebut lebih kurang 15,67 mm.
Dalam Peraturan Beton Indonesia, bisa dijadikan acuan untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan dalam menentukan diameter tulangan di lapangan.
Batang tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos dan batang yang diprofilkan. Yang dimaksud dengan batang polos adalah batang prismatis berpenampang bulat, persegi, lonjong, dan lain-lain, dengan permukaan licin. Yang dimaksud dengan batang yang diprofilkan adalah batang primatis atau dipuntir yang permukaannya diberi rusuk-rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kali diameter pengenalnya. Apabila tidak ada data yang mengyakinkan (misalnya keterangan dari pabriknya atau hasil-hasil pemeriksaan laboratorium), maka batang yang diprofilkan dengan jarak rusuk yang tidak memenuhi syarat di atas atau batang yang dipuntir dengan penampang persegi, lonjong, atau berbentuk salib yang permukaannya bertakik, harus dianggap sebagai batang polos
Menentukan atau mengukur diameter tulangan besi polos, Anda bisa mempergunakan jangka sorong. Dengan jangka kita dapat mengukur diameter tulangan bulat baik yang polos dengan cepat dan akura. Bagaimana dengan besi lonjong dan besi ulir ?
Di dalam perhitungan-perhitungan, luas penampang batang polos yang tidak berpenampang bulat (lonjong) dan batang yang diprofil (ulir), harus diambil 1/4 π dp2, dimana ‘dp’ disebut diameter pengenal. Yang dimaksud dengan diameter pengenal ‘dp’ adalah diameter batang yang berpenampang bulat yang mempunyai panjang dan isi yang sama dengan batang yang ditinjau. Apabila ‘g’ adalah berat batang per m’ dalam kg, maka diameter pengenal dalam mm dapat dihitung dengan rumus dp = 12,8 √g.
Caranya, potong satu meter besi lonjong atau ulir. Lalu ditimbang, misalnya berat besi potongan itu 1,5 kg. Hitung dengan kakulator ‘akar’ dari 1,5, yakni hasilnya = 1,224745. Maka diameter pengenal tulangannya adalah sama dengan, 12,8 kali 1,224745 = 15,67673 mm. Jadi diameter potongan tulangan tersebut lebih kurang 15,67 mm.
Dalam Peraturan Beton Indonesia, bisa dijadikan acuan untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan dalam menentukan diameter tulangan di lapangan.
0 komentar:
Posting Komentar