Kamis, 23 Mei 2013

Etika senggama Sesuai Islam II

ETIKA SENGGAMA MENURUT ISLAM

Zesty Elfaza hmmb,
sbenre,,,zesty maci rung gaduk kuping kang masaji,,,xixixi^=^
pi,,nanya gpp iach,,
bgusnya,,,it ktika bersenggama
mbil nyalain lampu ap dimatikan ea???
pnah baca suatu buku it,,kugh mbgus dibawah lampu terang gt,,dg alasan biar anakny putih,,,
ap bner bgt??hehe
syukron sakderengipun,,
hehe,,

Masaji Antoro Ning Zesty Elfaza ~ Aku ngga pernah denger tuch,,
Bila menilik kesunahan memakai kain saat senggama maka indikasinya mestinya kesunahannya juga dalam kondisi gelap sebab alasan anjuran senggama dengan menggunakan kain adalah "malu dengan Allah, beretika dengan malaikat serta mencegah datangnya syaithan pada keduanya"
Yakin dach,, ngga akan nyasar... Hehe
============================================================
Ri Ly Q nanya lagi, boleh gak? Kalo soal gak boleh telanjang, berarti gak boleh memakai macam gaya dong yah? *tutupMuka*, misalnya berdiri, digendong ato yg lainnya? Eh maaf, disini gak ada yg msh dibawah umur kan? hehe....trus, kalo mainnya di kamar mandi, hukumnya gimana? acihhhhhhhhhh...

Masaji Antoro Dengan gaya apapun diperbolehkan, sambil duduk, berdiri, jongkok, tengkurap, gaya dada, kupu-kupu, katak meloncat.... BEBAS asalkan tepat sasaran....
____________________

{ نساؤكم حرث لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم } قال يقول يأتيها من حيث شاء مقبلة أو مدبرة إذا كان ذلك في الفرج
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. (QS. 2:223).

Artinya gaulilah ia sesukamu baik dari depan atau belakang asalkan semuanya mengarah pada kelaminnya.
alMuhaddzab II/62

الاستمتاع واجب على الرجل للمرأة إذا انتفى العذر، بما يحقق الإعفاف والصون عن الحرام، وتباح كل وجوه الاستمتاع إلا الإتيان في الدبر فهو حرام. ومكان الوطء باتفاق المذاهب: هو القبل، لا الدبر (1) ، لقوله تعالى: {نساؤكم حرث لكم، فأتوا حرثكم أنى شئتم} [البقرة:223/2] (2) أي على أية كيفية: قائمة، أو قاعدة، مقبلة، أو مدبرة، في أقبالهن (3) . قال ابن عباس: إنما قوله: {فأتوا حرثكم أنى شئتم} [البقرة:223/2]. قائمة، وقاعدة، ومقبلة، ومدبرة، في أقبالهن، لا تعدو ذلك إلى غيره. وله عبارة أخرى في الآية: إن شئت فمقبلة، وإن شئت فمدبرة، وإن شئت فباركة، وإنما يعني ذلك موضع الولد للحرث، يقول: ائت الحرث حيث شئت.

Menggauli hukumnya wajib bagi seorang suami pada istrinya bila tanpa adanya udzur untuk menjauhkan dan menjaga dari dari keharaman, dan diperbolehkan senggama dalam berbagai cara asalkan bukan pada lubang anusnya karena ini haram. Tempat yang digunakan ‘bercinta’ menurut kesepakan ulama adalah kelaminnya bukan duburnya, berdasarkan firman Allah ta’aalaa
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. (QS. 2:223). Artinya dengan berbagai macam cara dan gaya : Berdiri, duduk, dari depan, belakang asal dikelaminnya.

Berkata Ibn Abbas ra. “maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. (QS. 2:223). Artinya dengan berbagai macam cara dan gaya : Berdiri, duduk, dari depan, belakang asal dikelaminnya jangan melampaui batas pada yang selain kelamin.
Ibn Abbas juga punya pernyataan lain sehubungan ayat ini “Bila kamu ingin gaya dari depan silahkan, Bila kamu ingin gaya dari belakang silahkan, Bila kamu ingin gaya setengah menderumpun silahkan, aku mengartikannya khusus pada tempat lahirnya anak (kelamin), datangilah dengan gaya sesukamu”

alFiqh al-Islaam IV/191

Masaji Antoro BERSENGGAMA Bernilai SHODAQAH

ثَوَابُ الْوَطْءِ الْمَشْرُوعِ :
8 - وَرَدَ عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال : وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ . (1) قَالُوا : يَا رَسُول اللَّهِ، أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ، وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ ؟ قَال : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ، أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَل كَانَ لَهُ أَجْرٌ (2) .
وَبِنَاءً عَلَى ذَلِكَ ذَهَبَ جَمَاهِيرُ أَهْل الْعِلْمِ إِلَى ثَوَابِ الرَّجُل عَلَى جِمَاعِهِ لِحَلِيلَتِهِ إِذَا قَارَنَتْهُ نِيَّةٌ صَالِحَةٌ كَإِعْفَافِ نَفْسِهِ أَوْ حَلِيلَتِهِ عَنْ إِتْيَانِ مُحَرَّمٍ، أَوْ قَضَاءِ حَقِّهَا مِنْ مُعَاشَرَتِهَا بِالْمَعْرُوفِ الْمَأْمُورِ بِهِ، أَوْ طَلَبِ وَلَدٍ صَالِحٍ يُوَحِّدُ اللَّهَ تَعَالَى، وَيَقُومُ بِنَشْرِ الْعِلْمِ وَالدِّينِ، وَيَحْمِي بَيْضَةَ الإِْسْلاَمِ، أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ مِنَ الأَْغْرَاضِ الْمَبْرُورَةِ (3) .
9 - أَمَّا إِذَا لَمْ يَنْوِ الْمُجَامِعُ غَيْرَ قَضَاءِ شَهْوَتِهِ
وَنَيْل لَذَّتِهِ، فَقَدِ اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي ثَوَابِ جِمَاعِهِ عَلَى قَوْلَيْنِ :
أَحَدُهُمَا : لِبَعْضِ أَهْل الْعِلْمِ، وَإِلَيْهِ مَال ابْنُ قُتَيْبَةَ، وَهُوَ أَنَّهُ يُثَابُ وَيُؤْجَرُ فِي جِمَاعِ حَلِيلَتِهِ مُطْلَقًا دُونَ أَنْ يَنْوِيَ شَيْئًا (1) ، وَاسْتَدَلُّوا عَلَى ذَلِكَ : بِمَا رَوَى أَبُو ذَرٍّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال : وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ (2) حَيْثُ دَل ظَاهِرُ إِطْلاَقِهِ عَلَى أَنَّ الإِْنْسَانَ يُؤْجَرُ فِي جِمَاعِ حَلِيلَتِهِ مُطْلَقًا، إِذْ إِنَّهُ كَمَا يَأْثَمُ فِي الزِّنَا الْمُضَادِّ لِلْوَطْءِ الْحَلاَلِ، فَإِنَّهُ يُؤْجَرُ فِي فِعْل الْحَلاَل (3) .
وَالثَّانِي : لِجَمَاعَةٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ - مَال إِلَيْهِ ابْنُ حَجَرٍ الْهَيْتَمِيُّ - وَهُوَ أَنَّهُ إِنْ لَمْ يَنْوِ بِجِمَاعِ حَلِيلَتِهِ إِعْفَافَ نَفْسِهِ أَوْ زَوْجِهِ أَوْ طَلَبَ وَلَدٍ فَلاَ أَجْرَ لَهُ عَلَى ذَلِكَ الْوَطْءِ، وَاحْتَجُّوا عَلَى ذَلِكَ بِمَا جَاءَ فِي رِوَايَةٍ لِحَدِيثِ أَبِي ذَرٍّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - مِنَ التَّصْرِيحِ بِالاِحْتِسَابِ لِنَيْل الثَّوَابِ، وَنَصُّهَا : قُلْتُ : نَأْتِي شَهْوَتَنَا وَنُؤْجَرُ ؟ قَال : أَرَأَيْتَ لَوْ جَعَلْتَهُ فِي حَرَامٍ أَكُنْتَ تَأْثَمُ ؟ قَال : قُلْتُ : نَعَمْ . قَال : فَتَحْتَسِبُونَ بِالشَّرِّ وَلاَ تَحْتَسِبُونَ بِالْخَيْرِ ؟ (4) .
وَوَرَدَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال لِسَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : لَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى اللُّقْمَةَ تَجْعَلُهَا فِي فِي امْرَأَتِكَ (1) .
وَوَرَدَ أَيْضًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال : إِذَا أَنْفَقَ الْمُسْلِمُ نَفَقَةً عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا، كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً " (2) . فَدَل ذَلِكَ عَلَى أَنَّ الْعَبْدَ إِنَّمَا يُؤْجَرُ فِيهَا إِذَا احْتَسَبَهَا (3) . وَإِذَا كَانَ هَذَا فِي الإِْنْفَاقِ الْوَاجِبِ مُشْتَرَطًا، فَأَوْلَى فِي الْجِمَاعِ الْمُبَاحِ (4)

============================================================Masaji Masaji Antoro ‎>>
PAHALA BERSENGGAMA

Dari Abu Dzar al-Ghiffaary ra bahwa Rasulullaah bersabda :
Persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah SHODAQOH”
Para sahabat bertanya, “ Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?”
Rasulullah menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”. (HR. Muslim II/697-698 No. 2376)

Berdasarkan hadits ini Mayoritas Ulama menyatakan berpahalanya seorang suami saat menggauli istrinya bila disertai niat yang benar dan baik seperti agar menghindarkan dirinya atau istrinya dari perbuatan hina (zina) yang diharamkan, untuk memenuhi kebutuhun istrinya dalam rangka menjalankan perintah wajibnya bergaul dengannya dengan baik, mendapatkan keturunan shalih yang dikemudian hari diharapkan menjadi sosok yang bertauhid kepada Allah Ta’aalaa, menyebarkan ilmu dan agama, menjadi pemuka dalam islam serta tujuan-tujuan baik lainnya

Sedang bila dalam senggamanya seseorang tidak didahului dengan niat-niat diatas kecuali sekedar melampiaskan syahwatnya, mencari kepuasan seksnya para Ulama Fuqaha berbeda pendapat dalam meraih pahala senggama tidaknya :

1. Ibn Qutaibah menyatakan seseorang berhak mendapatkan pahala secara mutlak saat menyenggamai istrinya meskipun tanpa disertai niat seperti keterangan diatas berdasarkan hadits riwayat Abu Dzar diatas dimana dari zhahirnya hadits jelas menyatakan bahwa asalkan seseorang menyetubuhi istrinya maka pahala dia dapatkan sebagaimana bila ia zina maka seketika dosa juga ia dapatkan.

2. Ibn Hajar al-Haytami menilai berhaknya seseorang atas pahala senggama disyaratkan dg disertaai niat berdalih hadits riwayat Abu Dzar yang menjelaskan dapatnya seseorang atas pahala senggama :

“Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah (jika) aku memenuhi syahwatnya, aku mendapat pahala?”
Rasulullah menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa ?”.
Aku menjawab “Ya”
Rasulullah berkata “maka perhitungkanlah dalam kejelekan dan jangan memperhitungkannya dalam kebaikan” (HR. Ahmad V/154)

Juga berdasarkan hadits nabi lain saat bersabda pada Sa’d Bin Abi Waqash ra “Tidaklah engkau menafkahkan satu nafkah yang dengannya engkau mengharap keridhaan Allah kecuali engkau akan diberi pahala dengannya sampaipun satu suapan yang engkau berikan ke mulut istrimu. (HR. Bukhari-Fath alBaari VIII/109 dan Muslim IV/1251)

Dan juga hadits nabi lain, Beliau bersabda “Apabila seorang muslim memberi nafkah kepada keluarganya dan dia mengharapkan pahala dengannya maka nafkah tadi teranggap sebagai sedekahnya. (HR. Bukhari -Fath alBaari IX/97 dan Muslim II/795 dari hadits riwayat Abi Mas’ud al-Anshaary).
Dari hadits-hadits diatas diterangkan bahwa seorang diganjar atas yang ia lakukan saat ia berharap pahala, dan bila dalam masalah nafkah lahir yang notabene merupakan kewajiban bagi suami disyaratkan dalam mendapatkan pahala bila ia berniat mengaharapkannya maka dalam hal senggama yang hukumnya mubah tentu lebih dibutuhkan pensyaratannya.
Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 44/15-16
============================================================
Masaji Antoro ORAL SEX >> PART 1

لَمْسُ فَرْجِ الزَّوْجَةِ :
11 - اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّهُ يَجُوزُ لِلزَّوْجِ مَسُّ فَرْجِ زَوْجَتِهِ . قَال ابْنُ عَابِدِينَ : سَأَل أَبُو يُوسُفَ أَبَا حَنِيفَةَ عَنِ الرَّجُل يَمَسُّ فَرْجَ امْرَأَتِهِ وَهِيَ تَمَسُّ فَرْجَهُ لِيَتَحَرَّكَ عَلَيْهَا هَل تَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا ؟ قَال : لاَ ، وَأَرْجُو أَنْ يَعْظُمَ الأَْجْرُ (2) .
وَقَال الْحَطَّابُ : قَدْ رُوِيَ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ قَال : لاَ بَأْسَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى الْفَرْجِ فِي حَال الْجِمَاعِ ، وَزَادَ فِي رِوَايَةٍ : وَيَلْحَسَهُ بِلِسَانِهِ ، وَهُوَ مُبَالَغَةٌ فِي الإِْبَاحَةِ ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ عَلَى ظَاهِرِهِ (3) .
وَقَال الْفَنَانِيُّ مِنَ الشَّافِعِيَّةِ : يَجُوزُ لِلزَّوْجِ كُل تَمَتُّعٍ مِنْهَا بِمَا سِوَى حَلْقَةِ دُبُرِهَا ، وَلَوْ بِمَصِّ بَظْرِهَا (4)
وَصَرَّحَ الْحَنَابِلَةُ بِجَوَازِ تَقْبِيل الْفَرْجِ قَبْل الْجِمَاعِ ، وَكَرَاهَتِهِ بَعْدَهُ (1) .
__________
(2) حاشية ابن عابدين 5 / 234 .
(3) مواهب الجليل 3 / 406، والخرشي على مختصر خليل 3 / 166 .
(4) إعانة الطالبين 3 / 340 ط مصطفى الحلبي 1938م .
(1) كشاف القناع 5 / 16، 17 .

MEMEGANG KELAMIN ISTRI
Ulama Fiqh sepakat bolehnya seorang suami menyentuh kemaluan istrinya

Berkata Ibn ‘Abidin “Abu Yusuf yakni Abu Hanifah ditanya tentang seorang laki-laki yang menyentuh kemaluan istrinya dan istrinya juga menyentuh kelaminnya untuk saling membangkitkan gairah, adakah yang demikian berdosa ?”
Abu Hanifah menjawab “Tidak, bahkan aku berharap yang demikian dilipat gandakan pahalanya” (Hasyiyah Ibn ‘Aabidiin V/234)

Berkata al-Hatthaab “Diriwayatkan dari Imam malik beliau berkata “Tidak berdosa bila seseorang melihat kemaluan saat senggama” Dan dalam riwayat lain terdapat penambahan “Dan menjilati kemaluan istrinya dengan lidahnya” hal demikian sangat diperbolehkan menurut Imam Malik padahal tidak demikian (dalam I’anah Imam malik melarangnya namun kalangan madzhab lain memperbolehkannya)

Berkata al-Fannaany dari kalangan Syafi’iyyah “Diperbolehkan bagi suami bersenang-senang dengan segala cara bersama istrinya bahkan hingga menghisap kelentitnya asal bukan menyetubuhi anusnya.

Kalangan Hanabilah menilai mencium kelamin istri sebelum senggama diperbolehkan namun setelah senggama di makruhkan.
Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 32/90
============================================================
Masaji Antoro Oral SEX part II

( تتمة ) يجوز للزوج كل تمتع منها بما سوى حلقة دبرها ولو بمص بظرها أو استمناء بيدها لا بيده وإن خاف الزنا خلافا لأحمد ولا افتضاض بأصبع
ويسن ملاعبة الزوجة إيناسا وأن لا يخليها عن الجماع كل أربع ليال مرة بلا عذر وأن يتحرى بالجماع وقت السحر وأن يمهل لتنزل إذا تقدم إنزاله وأن يجامعها عند القدوم من سفره وأن يتطيبا للغشيان وأن يقول كل ولو مع اليأس من الولد بسم الله اللهم جنبنا الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا وأن يناما في فراش واحد والتقوي له بأدوية مباحة بقصد صالح كعفة ونسل وسيلة لمحبوب فليكن محبوبا فيما يظهر قاله شيخنا ويحرم عليها منعه من استمتاع جائز ويكره لها أن تصف لزوجها أو غيره امرأة أخرى لغير حاجة
( قوله بما سوى حلقة دبرها ) أما التمتع بها بالوطء فحرام لما ورد أنه اللوطية الصغرى وأنه لا ينظر الله إلى فاعله وأنه ملعون ( قوله ولو بمص بظرها ) أي ولو كان التمتع بمص بظرها فإنه جائز
قال في القاموس البظر بالضم الهنة وسط الشفرة العليا

PELENGKAP
Diperbolehkan bagi suami bersenang-senang dengan segala cara bersama istrinya asal bukan menyetubuhi anusnya bahkan dibolehkan menghisap kelentitnya, berusaha mengeluarkan sperma dengan tangan istrinya dan bukan tangannya sendiri meskipun ia khawatir akan melakukan zina berbeda menurut Imam Ahmad dan dilarang memecahkan keperawanan memakai jari.

Etika senggama
• Disunahkan menyenangkan istri dengan berbagai cumbuan
• Bila tanpa adanya ‘udzur (halangan) jangan biarkan empat malam sekali berlalu tanpa hubungan badan
• Memilih menjalani senggama disepertiga malam akhir
• Mehantarkan istrinya mencapai orgasme kala dirinya telah mencapai klimaks
• Menggaulinya setelah pulang dari bepergian
• Memakai wewangian
• Masing-masing dari suami istri disunahkan meskipun tidak sedang mengharapkan keturunan dari persenggamaannya untuk berdoa :

بسم الله اللهم جنبنا الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا

BISMILLAAHI ALLAAHUMMA JANNIBNAA AS-SYAITHAANA WA JANNIBIS SYAITHAANA MAA ROZAQTANAA

“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.” (HR. Abu Daud).

• Tidur dalam satu selimut
• Memakai oramuan-ramuan kuat yang dilegalkan
• Memiliki tujuan baik seperti menghindari perbuatan hina (zina), mendapatkan keturunan “Perantara hal yang disukai berarti juga disukai”
• Diharamkan bagi istri melarang suaminya melakukan kesenangan-kesenangan yang diperbolehkan bersamanya
• Dimakruhkan bagi istri menggambarkan perempuan lain pada suaminya atau pada pria lainnya tanpa ada kepentingan

Hasyiyah I’aanah at-Thoolibiin III/340

Wallaahu A'lamu Bis Showaab
__________________________________________________________________
She'Jasmine Ayda Az-zahra Yai Masaji Antoro__mf,,,mau tanya. Kenapa dalam etika tsb memilih waktu pda sepertiga malam terakhir? ?__?
Masaji Antoro Ning She'Jasmine Ayda Az-zahra ~ ويسن أن يتحرى بالجماع وقت السحر لانتفاء الشبع والجوع المفرطين حينئذ إذ هو مع أحدهما مضر غالبا

Disunahkan memilih senggama diwaktu menjelang subuh karena tidak adanya rasa terlalu kenyang atau lapar diwaktu ini, karena saat senggama dalam keadaan kenyang atau lapar pada umumnya menyakitkan.
I’aanah at-Thoolibiin III/273
=================================================
She'Jasmine Ayda Az-zahra:
Yai Masaji Antoro___niatnya mandi junub gimana yi???
Masaji Antoro :
JAWABAN

Macam-macam niat mandi :

نَوَيْتُ رَفْعَ الْجنابة (saya niat menghilangkan janabat)
نَوَيْتُ رَفْعَ اْلحَدَثْ اْلاكْبَر (saya niat menghilangkan hadats besar)
نَوَيْتُ فَرْضَ الْغُسْلِ (saya niat mandi wajib)

Adapun untuk lebih lengkapnya, bisa menggunakan niat-niat dibawah ini :

• Niat Mandi Jinabah

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْجِنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari jinabah, fardlu karena Allah ta’ala

• Niat Mandi Haidl

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْحَيْضِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari haidl, fardlu karena Allah ta’ala

• Niat Mandi Nifas

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ النِّفَاسِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari nifas, fardlu karena Allah SWT

• Niat Mandi Wiladah (melahirkan)

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْوِلَادَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Aku niat mandi untuk menghilangkan hadast wiladah, fardlu karena Allah ta’ala

• Niat Mandi Shalat Jum’at

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِصَلَاةِ الْجُمْعَةِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

Aku niat mandi untuk shalat Jum’at, sunnah karena Allah ta’ala

• Niat Mandi Shalat ‘Iedul Fitri

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

Aku niat mandi untuk shalat ‘iedul fithri, sunnah karena Allah ta’ala

• Niat Mandi Shalat ‘Iedul Adha

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ الَاضْحَى سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

Aku niat mandi untuk shalat ‘iedul adha, sunnah karena Allah ta’ala

==============================================
Masaji Antoro 
MAKAN BAGI ORANG JUNUB HUKUMNYA MAKRUH

قال أصحابنا ويكره للجنب أن ينام حتي يتوضأ ويستحب إذا اراد أن يأكل أو يشرب أو يطأ من وطئها أولا أو غيرها أن يتوضأ وضوءه للصلاة ويغسل فرجه في كل هذه الاحوال

Berkata Para pengikut as-Syafi'i "Dimakruhkan bagi orang junub tidak hingga ia wudhu dan disunahkan bila hendak makan atau minum atau menggauli istri yang ia gauli pertama atau lainnya menjalankan wudhu sebagaimana wudhu saat ia hendak shalat dan juga disunahkan membasuh kemaluannya"
Al-Majmuu’ ala Syarh al-Muhaddzab II/156

ويكره للجنب الأكل والشرب والنوم والجماع قبل غسل الفرج والوضوء وكذا منقطعة الحيض والنفاس

Dimakruhkan bagi orang junub makan, minum, tidur dan senggama sebelum ia membasuh kemaluannya dan melakukan wudhu begitu juga bagi wanita yang telah putus haid dan nifasnya
Al-Muqaddimah al-Hadramiyyah I/43

( ويكره للجنب الأكل والشرب والنوم والجماع قبل غسل الفرج والوضوء ) لما صح من الأمر به في الجماع وللاتباع في البقية إلا الشرب فمقيس على الأكل
( وكذا منقطعة الحيض والنفاس ) فيكره لها ذلك كالجنب بل أولى

Dimakruhkan bagi orang junub makan, minum, tidur dan senggama sebelum ia membasuh kemaluannya dan melakukan wudhu karena berdasarkan perintah agama yang shahih dalam masalah senggama dan mengikuti nabi dalam masalah lainnya kecuali dalam masalah minum yang hukumnya diqiyaskan pada masalah makan, begitu juga bagi wanita yang telah putus haid dan nifasnya maka makruh baginya sebagaimana orang junub bahkan baginya lebih utama.
Minhaj alQawim I/95

DAN BAGI ORANG JUNUB YANG MAU MAKAN (SEBELUM BERKESEMPATAN MANDI) DISUNAHKAN MENGAMBIL AIR WUDHU

Orang junub yang hendak makan disunahkan wudhu

وفي الصَّحِيحَيْنِ كان النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم إذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وهو جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ وكان صلى اللَّهُ عليه وسلم إذَا كان جُنُبًا فَأَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أو يَنَامَ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ
وقيس بالجنب الحائض والنفساء إذا انقطع دمهما وبالأكل والشرب والحكمة في ذلك تخفيف الحدث غالبا والتنظيف وقيل لعله ينشط للغسل

Dalam Riwayat Bukhari dan Muslim :
”adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bila hendak tidur sementara beliau junub membasuh kelaminnya dan mengambil wudhu sebagaimana wudhunya untuk mengerjakan shalat”.

”adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam saat beliau junub dan berkehendak makan mengambil wudhu sebagaimana wudhunya untuk mengerjakan shalat”.

Hikmah wudhu bagi orang junub menjalankan wudhu:
1. Meringankan hadats yang sedang ia tanggung
2. Kebersihan
3. Memberi kesemangatan dalam bersegera mandi
Asnaa al-Mathaalib I/68, Mughni al-Muhtaaj I/63

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More