ETIKA SENGGAMA MENURUT ISLAM
Zesty Elfaza
hmmb,
sbenre,,,zesty
maci rung gaduk kuping kang masaji,,,xixixi^=^
pi,,nanya
gpp iach,,
bgusnya,,,it
ktika bersenggama
mbil nyalain
lampu ap dimatikan ea???
pnah baca
suatu buku it,,kugh mbgus dibawah lampu terang gt,,dg alasan biar anakny
putih,,,
ap bner
bgt??hehe
syukron
sakderengipun,,
hehe,,
Masaji
Antoro Ning Zesty Elfaza ~ Aku ngga pernah denger tuch,,
Bila menilik
kesunahan memakai kain saat senggama maka indikasinya mestinya kesunahannya
juga dalam kondisi gelap sebab alasan anjuran senggama dengan menggunakan kain
adalah "malu dengan Allah, beretika dengan malaikat serta mencegah
datangnya syaithan pada keduanya"
Yakin dach,,
ngga akan nyasar... Hehe
============================================================
Ri Ly Q
nanya lagi, boleh gak? Kalo soal gak boleh telanjang, berarti gak boleh memakai
macam gaya dong yah? *tutupMuka*, misalnya berdiri, digendong ato yg lainnya?
Eh maaf, disini gak ada yg msh dibawah umur kan? hehe....trus, kalo mainnya di
kamar mandi, hukumnya gimana? acihhhhhhhhhh...
Masaji
Antoro Dengan gaya apapun diperbolehkan, sambil duduk, berdiri, jongkok,
tengkurap, gaya dada, kupu-kupu, katak meloncat.... BEBAS asalkan tepat sasaran....
____________________
{ نساؤكم حرث
لكم فأتوا حرثكم أنى شئتم } قال يقول يأتيها من حيث شاء مقبلة أو مدبرة إذا كان
ذلك في الفرج
Istri-istrimu
adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat
bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. (QS. 2:223).
Artinya
gaulilah ia sesukamu baik dari depan atau belakang asalkan semuanya mengarah
pada kelaminnya.
alMuhaddzab
II/62
الاستمتاع
واجب على الرجل للمرأة إذا انتفى العذر، بما يحقق الإعفاف والصون عن الحرام، وتباح
كل وجوه الاستمتاع إلا الإتيان في الدبر فهو حرام. ومكان الوطء باتفاق المذاهب: هو
القبل، لا الدبر (1) ، لقوله تعالى: {نساؤكم حرث لكم، فأتوا حرثكم أنى شئتم}
[البقرة:223/2] (2) أي على أية كيفية: قائمة، أو قاعدة، مقبلة، أو مدبرة، في
أقبالهن (3) . قال ابن عباس: إنما قوله: {فأتوا حرثكم أنى شئتم} [البقرة:223/2].
قائمة، وقاعدة، ومقبلة، ومدبرة، في أقبالهن، لا تعدو ذلك إلى غيره. وله عبارة أخرى
في الآية: إن شئت فمقبلة، وإن شئت فمدبرة، وإن شئت فباركة، وإنما يعني ذلك موضع
الولد للحرث، يقول: ائت الحرث حيث شئت.
Menggauli
hukumnya wajib bagi seorang suami pada istrinya bila tanpa adanya udzur untuk
menjauhkan dan menjaga dari dari keharaman, dan diperbolehkan senggama dalam
berbagai cara asalkan bukan pada lubang anusnya karena ini haram. Tempat yang
digunakan ‘bercinta’ menurut kesepakan ulama adalah kelaminnya bukan duburnya,
berdasarkan firman Allah ta’aalaa
Istri-istrimu
adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat
bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. (QS. 2:223). Artinya dengan
berbagai macam cara dan gaya : Berdiri, duduk, dari depan, belakang asal
dikelaminnya.
Berkata Ibn
Abbas ra. “maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja
kamu kehendaki. (QS. 2:223). Artinya dengan berbagai macam cara dan gaya : Berdiri,
duduk, dari depan, belakang asal dikelaminnya jangan melampaui batas pada yang
selain kelamin.
Ibn Abbas
juga punya pernyataan lain sehubungan ayat ini “Bila kamu ingin gaya dari depan
silahkan, Bila kamu ingin gaya dari belakang silahkan, Bila kamu ingin gaya
setengah menderumpun silahkan, aku mengartikannya khusus pada tempat lahirnya
anak (kelamin), datangilah dengan gaya sesukamu”
alFiqh
al-Islaam IV/191
Masaji
Antoro BERSENGGAMA Bernilai SHODAQAH
ثَوَابُ
الْوَطْءِ الْمَشْرُوعِ :
8 - وَرَدَ عَنْ
أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - أَنَّ رَسُول اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال : وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ . (1)
قَالُوا : يَا رَسُول اللَّهِ، أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ، وَيَكُونُ لَهُ
فِيهَا أَجْرٌ ؟ قَال : أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ، أَكَانَ
عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَل كَانَ لَهُ
أَجْرٌ (2) .
وَبِنَاءً
عَلَى ذَلِكَ ذَهَبَ جَمَاهِيرُ أَهْل الْعِلْمِ إِلَى ثَوَابِ الرَّجُل عَلَى
جِمَاعِهِ لِحَلِيلَتِهِ إِذَا قَارَنَتْهُ نِيَّةٌ صَالِحَةٌ كَإِعْفَافِ
نَفْسِهِ أَوْ حَلِيلَتِهِ عَنْ إِتْيَانِ مُحَرَّمٍ، أَوْ قَضَاءِ حَقِّهَا مِنْ
مُعَاشَرَتِهَا بِالْمَعْرُوفِ الْمَأْمُورِ بِهِ، أَوْ طَلَبِ وَلَدٍ صَالِحٍ
يُوَحِّدُ اللَّهَ تَعَالَى، وَيَقُومُ بِنَشْرِ الْعِلْمِ وَالدِّينِ، وَيَحْمِي
بَيْضَةَ الإِْسْلاَمِ، أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ مِنَ الأَْغْرَاضِ الْمَبْرُورَةِ (3)
.
9 - أَمَّا
إِذَا لَمْ يَنْوِ الْمُجَامِعُ غَيْرَ قَضَاءِ شَهْوَتِهِ
وَنَيْل
لَذَّتِهِ، فَقَدِ اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي ثَوَابِ جِمَاعِهِ عَلَى قَوْلَيْنِ
:
أَحَدُهُمَا
: لِبَعْضِ أَهْل الْعِلْمِ، وَإِلَيْهِ مَال ابْنُ قُتَيْبَةَ، وَهُوَ أَنَّهُ
يُثَابُ وَيُؤْجَرُ فِي جِمَاعِ حَلِيلَتِهِ مُطْلَقًا دُونَ أَنْ يَنْوِيَ
شَيْئًا (1) ، وَاسْتَدَلُّوا عَلَى ذَلِكَ : بِمَا رَوَى أَبُو ذَرٍّ - رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ - عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال
: وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ (2) حَيْثُ دَل ظَاهِرُ إِطْلاَقِهِ عَلَى
أَنَّ الإِْنْسَانَ يُؤْجَرُ فِي جِمَاعِ حَلِيلَتِهِ مُطْلَقًا، إِذْ إِنَّهُ
كَمَا يَأْثَمُ فِي الزِّنَا الْمُضَادِّ لِلْوَطْءِ الْحَلاَلِ، فَإِنَّهُ
يُؤْجَرُ فِي فِعْل الْحَلاَل (3) .
وَالثَّانِي
: لِجَمَاعَةٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ - مَال إِلَيْهِ ابْنُ حَجَرٍ الْهَيْتَمِيُّ -
وَهُوَ أَنَّهُ إِنْ لَمْ يَنْوِ بِجِمَاعِ حَلِيلَتِهِ إِعْفَافَ نَفْسِهِ أَوْ
زَوْجِهِ أَوْ طَلَبَ وَلَدٍ فَلاَ أَجْرَ لَهُ عَلَى ذَلِكَ الْوَطْءِ،
وَاحْتَجُّوا عَلَى ذَلِكَ بِمَا جَاءَ فِي رِوَايَةٍ لِحَدِيثِ أَبِي ذَرٍّ -
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - مِنَ التَّصْرِيحِ بِالاِحْتِسَابِ لِنَيْل الثَّوَابِ،
وَنَصُّهَا : قُلْتُ : نَأْتِي شَهْوَتَنَا وَنُؤْجَرُ ؟ قَال : أَرَأَيْتَ لَوْ
جَعَلْتَهُ فِي حَرَامٍ أَكُنْتَ تَأْثَمُ ؟ قَال : قُلْتُ : نَعَمْ . قَال :
فَتَحْتَسِبُونَ بِالشَّرِّ وَلاَ تَحْتَسِبُونَ بِالْخَيْرِ ؟ (4) .
وَوَرَدَ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال لِسَعْدِ بْنِ
أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : لَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا
وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى اللُّقْمَةَ تَجْعَلُهَا فِي
فِي امْرَأَتِكَ (1) .
وَوَرَدَ
أَيْضًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال : إِذَا
أَنْفَقَ الْمُسْلِمُ نَفَقَةً عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا، كَانَتْ لَهُ
صَدَقَةً " (2) . فَدَل ذَلِكَ عَلَى أَنَّ الْعَبْدَ إِنَّمَا يُؤْجَرُ
فِيهَا إِذَا احْتَسَبَهَا (3) . وَإِذَا كَانَ هَذَا فِي الإِْنْفَاقِ الْوَاجِبِ
مُشْتَرَطًا، فَأَوْلَى فِي الْجِمَاعِ الْمُبَاحِ (4)
============================================================Masaji
Masaji Antoro >>
PAHALA
BERSENGGAMA
Dari Abu
Dzar al-Ghiffaary ra bahwa Rasulullaah bersabda :
Persetubuhan
salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah SHODAQOH”
Para sahabat
bertanya, “ Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami
memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?”
Rasulullah
menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram,
dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia
mendapat pahala”. (HR. Muslim II/697-698 No. 2376)
Berdasarkan
hadits ini Mayoritas Ulama menyatakan berpahalanya seorang suami saat menggauli
istrinya bila disertai niat yang benar dan baik seperti agar menghindarkan
dirinya atau istrinya dari perbuatan hina (zina) yang diharamkan, untuk
memenuhi kebutuhun istrinya dalam rangka menjalankan perintah wajibnya bergaul
dengannya dengan baik, mendapatkan keturunan shalih yang dikemudian hari diharapkan
menjadi sosok yang bertauhid kepada Allah Ta’aalaa, menyebarkan ilmu dan agama,
menjadi pemuka dalam islam serta tujuan-tujuan baik lainnya
Sedang bila
dalam senggamanya seseorang tidak didahului dengan niat-niat diatas kecuali
sekedar melampiaskan syahwatnya, mencari kepuasan seksnya para Ulama Fuqaha
berbeda pendapat dalam meraih pahala senggama tidaknya :
1. Ibn
Qutaibah menyatakan seseorang berhak mendapatkan pahala secara mutlak saat
menyenggamai istrinya meskipun tanpa disertai niat seperti keterangan diatas
berdasarkan hadits riwayat Abu Dzar diatas dimana dari zhahirnya hadits jelas
menyatakan bahwa asalkan seseorang menyetubuhi istrinya maka pahala dia
dapatkan sebagaimana bila ia zina maka seketika dosa juga ia dapatkan.
2. Ibn Hajar
al-Haytami menilai berhaknya seseorang atas pahala senggama disyaratkan dg
disertaai niat berdalih hadits riwayat Abu Dzar yang menjelaskan dapatnya
seseorang atas pahala senggama :
“Aku
bertanya, Wahai Rasulullah, apakah (jika) aku memenuhi syahwatnya, aku mendapat
pahala?”
Rasulullah
menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram,
dia berdosa ?”.
Aku menjawab
“Ya”
Rasulullah
berkata “maka perhitungkanlah dalam kejelekan dan jangan memperhitungkannya
dalam kebaikan” (HR. Ahmad V/154)
Juga
berdasarkan hadits nabi lain saat bersabda pada Sa’d Bin Abi Waqash ra
“Tidaklah engkau menafkahkan satu nafkah yang dengannya engkau mengharap
keridhaan Allah kecuali engkau akan diberi pahala dengannya sampaipun satu
suapan yang engkau berikan ke mulut istrimu. (HR. Bukhari-Fath alBaari VIII/109
dan Muslim IV/1251)
Dan juga
hadits nabi lain, Beliau bersabda “Apabila seorang muslim memberi nafkah kepada
keluarganya dan dia mengharapkan pahala dengannya maka nafkah tadi teranggap
sebagai sedekahnya. (HR. Bukhari -Fath alBaari IX/97 dan Muslim II/795 dari
hadits riwayat Abi Mas’ud al-Anshaary).
Dari
hadits-hadits diatas diterangkan bahwa seorang diganjar atas yang ia lakukan
saat ia berharap pahala, dan bila dalam masalah nafkah lahir yang notabene
merupakan kewajiban bagi suami disyaratkan dalam mendapatkan pahala bila ia
berniat mengaharapkannya maka dalam hal senggama yang hukumnya mubah tentu
lebih dibutuhkan pensyaratannya.
Al-Mausuu’ah
al-Fiqhiyyah 44/15-16
============================================================
Masaji
Antoro ORAL SEX >> PART 1
لَمْسُ
فَرْجِ الزَّوْجَةِ :
11 -
اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى أَنَّهُ يَجُوزُ لِلزَّوْجِ مَسُّ فَرْجِ زَوْجَتِهِ
. قَال ابْنُ عَابِدِينَ : سَأَل أَبُو يُوسُفَ أَبَا حَنِيفَةَ عَنِ الرَّجُل
يَمَسُّ فَرْجَ امْرَأَتِهِ وَهِيَ تَمَسُّ فَرْجَهُ لِيَتَحَرَّكَ عَلَيْهَا هَل
تَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا ؟ قَال : لاَ ، وَأَرْجُو أَنْ يَعْظُمَ الأَْجْرُ (2) .
وَقَال
الْحَطَّابُ : قَدْ رُوِيَ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ قَال : لاَ بَأْسَ أَنْ يَنْظُرَ
إِلَى الْفَرْجِ فِي حَال الْجِمَاعِ ، وَزَادَ فِي رِوَايَةٍ : وَيَلْحَسَهُ
بِلِسَانِهِ ، وَهُوَ مُبَالَغَةٌ فِي الإِْبَاحَةِ ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ عَلَى
ظَاهِرِهِ (3) .
وَقَال
الْفَنَانِيُّ مِنَ الشَّافِعِيَّةِ : يَجُوزُ لِلزَّوْجِ كُل تَمَتُّعٍ مِنْهَا
بِمَا سِوَى حَلْقَةِ دُبُرِهَا ، وَلَوْ بِمَصِّ بَظْرِهَا (4)
وَصَرَّحَ
الْحَنَابِلَةُ بِجَوَازِ تَقْبِيل الْفَرْجِ قَبْل الْجِمَاعِ ، وَكَرَاهَتِهِ
بَعْدَهُ (1) .
__________
(2) حاشية
ابن عابدين 5 / 234 .
(3) مواهب
الجليل 3 / 406، والخرشي على مختصر خليل 3 / 166 .
(4) إعانة
الطالبين 3 / 340 ط مصطفى الحلبي 1938م .
(1) كشاف
القناع 5 / 16، 17 .
MEMEGANG
KELAMIN ISTRI
Ulama Fiqh
sepakat bolehnya seorang suami menyentuh kemaluan istrinya
Berkata Ibn
‘Abidin “Abu Yusuf yakni Abu Hanifah ditanya tentang seorang laki-laki yang
menyentuh kemaluan istrinya dan istrinya juga menyentuh kelaminnya untuk saling
membangkitkan gairah, adakah yang demikian berdosa ?”
Abu Hanifah
menjawab “Tidak, bahkan aku berharap yang demikian dilipat gandakan pahalanya”
(Hasyiyah Ibn ‘Aabidiin V/234)
Berkata
al-Hatthaab “Diriwayatkan dari Imam malik beliau berkata “Tidak berdosa bila
seseorang melihat kemaluan saat senggama” Dan dalam riwayat lain terdapat
penambahan “Dan menjilati kemaluan istrinya dengan lidahnya” hal demikian
sangat diperbolehkan menurut Imam Malik padahal tidak demikian (dalam I’anah
Imam malik melarangnya namun kalangan madzhab lain memperbolehkannya)
Berkata
al-Fannaany dari kalangan Syafi’iyyah “Diperbolehkan bagi suami
bersenang-senang dengan segala cara bersama istrinya bahkan hingga menghisap
kelentitnya asal bukan menyetubuhi anusnya.
Kalangan
Hanabilah menilai mencium kelamin istri sebelum senggama diperbolehkan namun
setelah senggama di makruhkan.
Al-Mausuu’ah
al-Fiqhiyyah 32/90
============================================================
Masaji
Antoro Oral SEX part II
( تتمة )
يجوز للزوج كل تمتع منها بما سوى حلقة دبرها ولو بمص بظرها أو استمناء بيدها لا
بيده وإن خاف الزنا خلافا لأحمد ولا افتضاض بأصبع
ويسن ملاعبة
الزوجة إيناسا وأن لا يخليها عن الجماع كل أربع ليال مرة بلا عذر وأن يتحرى
بالجماع وقت السحر وأن يمهل لتنزل إذا تقدم إنزاله وأن يجامعها عند القدوم من سفره
وأن يتطيبا للغشيان وأن يقول كل ولو مع اليأس من الولد بسم الله اللهم جنبنا
الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا وأن يناما في فراش واحد والتقوي له بأدوية مباحة
بقصد صالح كعفة ونسل وسيلة لمحبوب فليكن محبوبا فيما يظهر قاله شيخنا ويحرم عليها
منعه من استمتاع جائز ويكره لها أن تصف لزوجها أو غيره امرأة أخرى لغير حاجة
( قوله بما
سوى حلقة دبرها ) أما التمتع بها بالوطء فحرام لما ورد أنه اللوطية الصغرى وأنه لا
ينظر الله إلى فاعله وأنه ملعون ( قوله ولو بمص بظرها ) أي ولو كان التمتع بمص
بظرها فإنه جائز
قال في
القاموس البظر بالضم الهنة وسط الشفرة العليا
PELENGKAP
Diperbolehkan
bagi suami bersenang-senang dengan segala cara bersama istrinya asal bukan
menyetubuhi anusnya bahkan dibolehkan menghisap kelentitnya, berusaha
mengeluarkan sperma dengan tangan istrinya dan bukan tangannya sendiri meskipun
ia khawatir akan melakukan zina berbeda menurut Imam Ahmad dan dilarang
memecahkan keperawanan memakai jari.
Etika
senggama
• Disunahkan
menyenangkan istri dengan berbagai cumbuan
• Bila tanpa
adanya ‘udzur (halangan) jangan biarkan empat malam sekali berlalu tanpa
hubungan badan
• Memilih
menjalani senggama disepertiga malam akhir
•
Mehantarkan istrinya mencapai orgasme kala dirinya telah mencapai klimaks
•
Menggaulinya setelah pulang dari bepergian
• Memakai
wewangian
•
Masing-masing dari suami istri disunahkan meskipun tidak sedang mengharapkan
keturunan dari persenggamaannya untuk berdoa :
بسم الله
اللهم جنبنا الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا
BISMILLAAHI
ALLAAHUMMA JANNIBNAA AS-SYAITHAANA WA JANNIBIS SYAITHAANA MAA ROZAQTANAA
“Dengan
menyebut nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah
syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.” (HR. Abu Daud).
• Tidur
dalam satu selimut
• Memakai
oramuan-ramuan kuat yang dilegalkan
• Memiliki
tujuan baik seperti menghindari perbuatan hina (zina), mendapatkan keturunan
“Perantara hal yang disukai berarti juga disukai”
• Diharamkan
bagi istri melarang suaminya melakukan kesenangan-kesenangan yang diperbolehkan
bersamanya
•
Dimakruhkan bagi istri menggambarkan perempuan lain pada suaminya atau pada
pria lainnya tanpa ada kepentingan
Hasyiyah
I’aanah at-Thoolibiin III/340
Wallaahu
A'lamu Bis Showaab
__________________________________________________________________
She'Jasmine
Ayda Az-zahra Yai Masaji Antoro__mf,,,mau tanya. Kenapa dalam etika tsb memilih
waktu pda sepertiga malam terakhir? ?__?
Masaji
Antoro Ning She'Jasmine Ayda Az-zahra ~ ويسن أن يتحرى بالجماع وقت السحر لانتفاء
الشبع والجوع المفرطين حينئذ إذ هو مع أحدهما مضر غالبا
Disunahkan
memilih senggama diwaktu menjelang subuh karena tidak adanya rasa terlalu
kenyang atau lapar diwaktu ini, karena saat senggama dalam keadaan kenyang atau
lapar pada umumnya menyakitkan.
I’aanah
at-Thoolibiin III/273
=================================================
She'Jasmine
Ayda Az-zahra:
Yai Masaji
Antoro___niatnya mandi junub gimana yi???
Masaji
Antoro :
JAWABAN
Macam-macam
niat mandi :
نَوَيْتُ
رَفْعَ الْجنابة (saya niat menghilangkan janabat)
نَوَيْتُ
رَفْعَ اْلحَدَثْ اْلاكْبَر (saya niat menghilangkan hadats besar)
نَوَيْتُ
فَرْضَ الْغُسْلِ (saya niat mandi wajib)
Adapun untuk
lebih lengkapnya, bisa menggunakan niat-niat dibawah ini :
• Niat Mandi
Jinabah
نَوَيْتُ الْغُسْلَ
لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْجِنَابَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat
mandi untuk menghilangkan hadats besar dari jinabah, fardlu karena Allah ta’ala
• Niat Mandi
Haidl
نَوَيْتُ
الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْحَيْضِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat
mandi untuk menghilangkan hadats besar dari haidl, fardlu karena Allah ta’ala
• Niat Mandi
Nifas
نَوَيْتُ
الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ النِّفَاسِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat
mandi untuk menghilangkan hadats besar dari nifas, fardlu karena Allah SWT
• Niat Mandi
Wiladah (melahirkan)
نَوَيْتُ
الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْأَكْبَرِ مِنَ الْوِلَادَةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Aku niat
mandi untuk menghilangkan hadast wiladah, fardlu karena Allah ta’ala
• Niat Mandi
Shalat Jum’at
نَوَيْتُ
الْغُسْلَ لِصَلَاةِ الْجُمْعَةِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Aku niat
mandi untuk shalat Jum’at, sunnah karena Allah ta’ala
• Niat Mandi
Shalat ‘Iedul Fitri
نَوَيْتُ
الْغُسْلَ لِعِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Aku niat
mandi untuk shalat ‘iedul fithri, sunnah karena Allah ta’ala
• Niat Mandi
Shalat ‘Iedul Adha
نَوَيْتُ
الْغُسْلَ لِعِيْدِ الَاضْحَى سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Aku niat
mandi untuk shalat ‘iedul adha, sunnah karena Allah ta’ala
==============================================
Masaji
Antoro
MAKAN BAGI
ORANG JUNUB HUKUMNYA MAKRUH
قال أصحابنا
ويكره للجنب أن ينام حتي يتوضأ ويستحب إذا اراد أن يأكل أو يشرب أو يطأ من وطئها
أولا أو غيرها أن يتوضأ وضوءه للصلاة ويغسل فرجه في كل هذه الاحوال
Berkata Para
pengikut as-Syafi'i "Dimakruhkan bagi orang junub tidak hingga ia wudhu
dan disunahkan bila hendak makan atau minum atau menggauli istri yang ia gauli
pertama atau lainnya menjalankan wudhu sebagaimana wudhu saat ia hendak shalat
dan juga disunahkan membasuh kemaluannya"
Al-Majmuu’
ala Syarh al-Muhaddzab II/156
ويكره للجنب
الأكل والشرب والنوم والجماع قبل غسل الفرج والوضوء وكذا منقطعة الحيض والنفاس
Dimakruhkan
bagi orang junub makan, minum, tidur dan senggama sebelum ia membasuh
kemaluannya dan melakukan wudhu begitu juga bagi wanita yang telah putus haid
dan nifasnya
Al-Muqaddimah
al-Hadramiyyah I/43
( ويكره
للجنب الأكل والشرب والنوم والجماع قبل غسل الفرج والوضوء ) لما صح من الأمر به في
الجماع وللاتباع في البقية إلا الشرب فمقيس على الأكل
( وكذا
منقطعة الحيض والنفاس ) فيكره لها ذلك كالجنب بل أولى
Dimakruhkan
bagi orang junub makan, minum, tidur dan senggama sebelum ia membasuh
kemaluannya dan melakukan wudhu karena berdasarkan perintah agama yang shahih
dalam masalah senggama dan mengikuti nabi dalam masalah lainnya kecuali dalam
masalah minum yang hukumnya diqiyaskan pada masalah makan, begitu juga bagi
wanita yang telah putus haid dan nifasnya maka makruh baginya sebagaimana orang
junub bahkan baginya lebih utama.
Minhaj
alQawim I/95
DAN BAGI
ORANG JUNUB YANG MAU MAKAN (SEBELUM BERKESEMPATAN MANDI) DISUNAHKAN MENGAMBIL
AIR WUDHU
Orang junub
yang hendak makan disunahkan wudhu
وفي
الصَّحِيحَيْنِ كان النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم إذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وهو
جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ وكان صلى اللَّهُ عليه
وسلم إذَا كان جُنُبًا فَأَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أو يَنَامَ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ
لِلصَّلَاةِ
وقيس بالجنب
الحائض والنفساء إذا انقطع دمهما وبالأكل والشرب والحكمة في ذلك تخفيف الحدث غالبا
والتنظيف وقيل لعله ينشط للغسل
Dalam
Riwayat Bukhari dan Muslim :
”adalah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bila hendak tidur sementara beliau
junub membasuh kelaminnya dan mengambil wudhu sebagaimana wudhunya untuk
mengerjakan shalat”.
”adalah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam saat beliau junub dan berkehendak
makan mengambil wudhu sebagaimana wudhunya untuk mengerjakan shalat”.
Hikmah wudhu
bagi orang junub menjalankan wudhu:
1.
Meringankan hadats yang sedang ia tanggung
2.
Kebersihan
3. Memberi
kesemangatan dalam bersegera mandi
Asnaa al-Mathaalib I/68, Mughni al-Muhtaaj I/63
0 komentar:
Posting Komentar