This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 24 Mei 2013

Tumbuhan Pengusir Nyamuk

TUMBUHAN PENGUSIR NYAMUK & TIPS RUMAH BEBAS NYAMUK 

 

Rumah yang tidak sehat sangat disukai nyamuk untuk bersarang dan berkembang biak, sehingga bisa menyebabkan berbagai penyakit mematikan seperti Demam Berdarah dan Malaria. Bagaimana membuat rumah bebas nyamuk?

"Agar nyamuk tidak menjadikan rumah kita sebagai tempat bersarang, kita dapat mempraktikkan langkah-langkah yang sederhana," jelas Dr drh Upik Kesumawati Hadi,MS, pakar entomologi kesehatan dari Institut Pertanian Bogor, Selasa (1/2/2011).

Berikut 6 cara untuk membuat rumah sehat dan bebas nyamuk:


1. Maksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami
Nyamuk sangat suka bersarang di lingkungan yang lembab, dingin dan gelap. Upayakan agar bangunan rumah memiliki sirkulasi udara dan bukaan pencahayaan alami yang cukup, sehingga mampu memberi akses udara dan sinar matahari ke dalam ruangan.

Penggunaan genteng kaca, glassblock dan fiber transparan dapat memaksimalkan pencahayaan alami di kamar mandi dan mengurangi potensi tempat-tempat gelap sebagai sarang nyamuk.

Rumah yang sehat dan bebas nyamuk adalah rumah yang tetap memiliki halaman dan bukan rumah yang keseluruhan luasnya dipergunakan sebagai ruang yang tertutup sehingga menjadi gelap dan sumpek.

2. Hilangkan genangan air di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat berkembang biak
Tempat penampungan air seperti bak mandi, WC, ember, tempayan, vas bunga, tatakan pot bunga harus dikuras dengan rutin seminggu sekali dan ditutup dengan rapat.

Sampah dan barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, botol, plastik dan ban bekas dapat dimanfaatkan kembali atau didaur ulang. Selokan di rumah harus diperhatian agar tetap mengalir dan bebas dari sampah. Talang penampung air hujan juga harus dibersihkan dengan rutin agar bebas dari sampah dan air hujan tidak tergenang sehingga dapat menjadi medium pembiakan nyamuk.

Jika genangan air tersebut tidak bisa dihilangkan, maka masukkan bubuk pembunuh jentik (larvasida atau abate). Kolam di taman dapat diberi beberapa ekor ikan sebagai predator alami larva nyamuk.

3. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan
Jangan biasakan menggantung baju bekas pakai di gantungan dalam waktu lama, terutama di belakang pintu, karena nyamuk sangat menyukai bau keringat manusia. Bila memiliki hewan ternak, sebaiknya ternak ditempatkan terpisah dari rumah tinggal atau dibuatkan kandang tersendiri.

4. Pangkas tanaman yang terlalu rimbun

Tanaman-tanaman yang berdaun rimbun di sekitar rumah memang memberi suasana teduh, segar dan alami. Akan tetapi sebaliknya, lokasi tersebut juga akan menjadi hunian yang disukai nyamuk. Untuk itu, pangkaslah daun-daun yang terlalu rimbun secara berkala untuk mencegah menjadi tempat hunian nyamuk.

Beberapa jenis tanaman seperti Lavender, Akar Wangi, Geranium, Zodia dan Selasih memiliki aroma yang sangat dibenci oleh nyamuk.

5. Cegah nyamuk masuk dengan memasang kelambu, tirai atau kasa nyamuk
Untuk mencegah nyamuk memasuki rumah, tirai atau kasa nyamuk dapay dipasang pada lubang-lubang ventilasi, jendela atau pintu. Kelambu juga dapat digunakan sewaktu tidur untuk mencegah gigitan nyamuk.

6. Gunakan anti nyamuk yang efektif
Untuk memaksimalkan perlindungan terhadap nyamuk, gunakan anti nyamuk yang efektif. Pilihlah anti nyamuk yang aman bagi kesehatan keluarga dan bacalah petunjuk pemakaian secara seksama sebelum menggunakannya.

Penempatan anti nyamuk juga harus diperhatikan sepaya dapat efektif mengusir nyamuk, serta yang terpenting tidak mengganggu kesehatan penggunanya.
-----------------
Berikut ini beberapa tumbuhan pengusir nyamuk.  Karena Beberapa jenis tanaman yang memiliki aroma yang sangat dibenci nyamuk :

Geranium
Tanaman bernama latin pelargonium citrosa yang umumnya ditanam di luar rumah ini mengandung zat citronella yang mampu mengusir nyamuk. Cara mengusir nyamuk adalah dengan cara menggoyang-goyangkan helaian daun atau tertiup angin dan menghasilkan aroma khas.
Tanaman geranium sekurang-kurangnya memiliki tiga varian, yakni citrosa mosquito fighter, cirosa queen of lemon, dan citrosa lady diana.

Lavender
Selain tampilannya menarik berwarna keunguan, bunga lavender mengeluarkan aroma wangi yang dapat menghindari gigitan nyamuk. Caranya, gosok-gosokkan saja bunga lavender ke kulit. Tubuh pun akan relatif terlindung dari gigitan nyamuk. Karena aromanya wangi, lavender juga sering dipakai sebagai aromaterapi.

Serai wangi
Tumbuhan pengusir nyamuk berikutnya adalah Tanaman serai tak hanya andal di dapur sebagai bumbu masak, batang dan daunnya ternyata bisa juga dimanfaatkan untuk mengusir nyamuk. Perlu diketahui, tanaman serai wangi mengandung zat-zat, seperti geraniol, metilheptenon, terpen, terpen-alkohol, asam-asam organik, dan terutama adalah sitronelal.

Sitronelal memiliki sifat racun kontak. Sebagai racun kontak, sitronelal dapat menyebabkan kematian nyamuk akibat kehilangan cairan secara terus-menerus.

Zodia
Tanaman zodia (evodia suaveolens) ini dikenal berasal dari Papua. Masyarakat Papua terbiasa menggosok kulitnya dengan dedaunan zodia tertentu sebelum masuk ke hutan agar terlindungi dari serangan serangga, khususnya nyamuk.

Zodia mengandung zat evodiamine dan rutaecarpine. Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), minyak yang disuling dari daun zodia mengandung linalool yang dapat membantu mengusir nyamuk.

Biasanya, tanaman ini ditanam dalam pot dan merupakan tanaman yang ditanam dalam ruangan (indoor plant). Namun, tidak ada masalah jika tanaman ini ditumbuhkan di halaman rumah.

Rosemary
Tanaman bunga ini mampu mengeluarkan aroma khas yang dibenci nyamuk. Tanaman ini akan tumbuh baik di bawah sinar matahari dan membutuhkan air yang cukup. Bunga rosemary cocok ditanam di pot atau tanah di dekat jendela atau pintu.
Kecombrang
Tumbuhan pengusir nyamuk yang satu ini merupakan tumbuhan yang juga memiliki sebutan kantan, kincung (Medan), siantan (Malaysia), kaalaa (Thailand) atau honje ini merupakan sejenis tumbuhan rempah. Bahkan, bunga, buah, serta biji kecombrang ini kerap kali dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Bunga ini dikenal dapat mengusir nyamuk.

Akar wangi
Tumbuhan ini dikenal dapat mengendalikan populasi nyamuk demam berdarah. Apalagi jika bukan karena bau menyengat yang menjadi aroma khas akar wangi. Jika obat pengusir nyamuk bisa digunakan di dalam ruangan, sejumlah tanaman ini bisa menjadi "tameng" Anda saat melakukan aktivitas di luar ruangan tanpa terganggu nyamuk. Anda dan keluarga pun bisa bernafas lega tanpa khawatir gangguan nyamuk..

Kamis, 23 Mei 2013

Kata - Kata Terindah

Kata-Kata yang Paling Indah


Berkatalah Rasul (Muhammad SAW):"Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur'an ini sesuatu yang tidak diacuhkan".
Pertanyaan: Kisah di atas adalah Hadits atau Al-Quran?

Jawaban:
Benar, kisah tersebut sama sekali bukan Hadits melainkan Al-Quran. Dikisahkan oleh Alloh bahwa di Hari Akhir, Rasululloh SAW mengadu kepada Alloh tentang kelakuan kaumnya. Kaumnya ini
sibuk mengejar kesenangan dunia atau sibuk mengamalkan yang lain, sehingga mereka tidak acuh pada Al-Quran.
Padahal Rasululloh SAW sudah memperingatkan:
"...Sebaik-baik perkataan (khairul hadits) adalah kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, sejelek-jelek urusan adalah yang baru (bid'ah), semua yang baru adalah kesalahan..."
(Shahih Muslim dari Jabir bin Abdullah)
Alloh SWT pun sudah mengingatkan.
"Allah telah menurunkan perkataan paling baik (ahsanal hadits) Al Qur'an yang serupa (konsisten) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya"
(QS. Az-Zumar 39:23)
Khairul Hadits/Ahsanal Hadits bisa juga diartikan Kata-Kata yang Paling Indah. Semoga kita diberi umur panjang untuk membuka keindahan tersembunyi yang tidak diacuhkan kebanyakan orang dari Kata-Kata yang Paling Indah tersebut.

Nabi Muhammad SAW Dan Pengemis

KISAH NABI MUHAMMAD DAN PENGEMIS YAHUDI


Kisah Istimewa NAbi Muhammad SAW. Suatu hari Sahabat Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya yang juga Istri Nabi Aisyah RHA. Saat itu Nabi Muhammad SAW sudah tiada. Kepada Aisyah, Abubakar bertanya apakah kebiasaan yang biasa dilakukan Nabi, yang belum pernah dikerjakannya.

Kepada ayahnya itu, Aisyah mengatakan semua sunnah Nabi sudah dilakukan, namun ada satu yang belum pernah dilakukan Abubakar. Kebiasaan Nabi yang luput dilakukan Abubakar itu adalah; setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke pasar kota Madinah dan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi di sana.

Abubakar yang penasaran, keesokan harinya berniat melakukan kebiasaan Nabi itu. Dia pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis Yahudi yang diceritakan Aisyah. Dia menemukan pengemis Yahudi itu disudut pasar. Ternyata pengemis Yahudi itu adalah seorang pengemis buta yang selalu berteriak menghina dan menghujat Rasulullah. 

Tiap hari pengemis itu berteriak lantang kepada orang-orang : "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Hujatan itu selalu diteriakkan pengemis itu sepanjang hari.

Melihat itu, Abubakar heran mengapa Nabi memberi makan orang yang menghinanya setiap hari. Namun Abubakar tetap mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan. Dia ingin menirukan perbuatan baik yang dilakukan Nabi sebagaimana yang diceritakan Aisyah.

Saat Abubakar mulai menyuapi, tiba-tiba pengemis itu marah sambil berteriak. Dia menanyakan siapa yang menyuapinya. Abubakar mengatakan dia adalah orang yang biasa menyuapi setiap hari. Namun pengemis buta itu tidak percaya. Meski Abubakar meyakinkan dirinya yang membawakan makanan setiap hari tetap saja pengemis itu tidak percaya.

Pengemis Yahudi itu mengatakan yang biasa membawakan makanan dan menyuapinya jauh lebih lembut dan sabar dalam menyuapi. Pengemis itu berkata jika yang biasa menyuapinya datang, tidak susah tangan pengemis itu memegang, dan tidak susah pula mulutnya mengunyah.

"Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut," ujarnya. Orang yang biasa datang itu juga sangat sabar membantu makan sampai selesai dan kenyang.

Mendengar hal itu Abubakar pun menangis. Dia terharu dengan kebaikan Nabi yang meski dihujat tetap memberikan makanan dengan sangat baik kepada pengemis yang menghujatnya. Lalu Abubakar mengatakan pada pengemis itu bahwa dirinya memang bukan orang yang biasa datang.

Dia mengatakan bahwa dirinya hanya salah satu dari sahabat orang yang biasa datang, dia datang menggantikan karena orang yang biasa datang itu telah meninggal.

Kemudian Abubakar memberitahu pengemis itu bahwa orang yang biasa datang itu adalah Nabi Muhammad yang selalu dihujat pengemis itu. Pengemis Yahudi itu pun kaget dan menangis. Dia mengaku malu dan tidak menyangka orang yang selalu dihujatnya adalah Rasulullah, orang yang setiap hari memberinya makan dan menyuapinya dengan lembut dan sabar.

Pengemis itu pun tersentuh dengan kemuliaan Nabi dan mengaku menyesal atas perbuatannya selama ini. Di hadapan Abubakar dia pun menyatakan masuk Islam dan bersyahadat bahwa; tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Kisah Nabi dan orang Yahudi itu adalah salah satu kisah dalam perjalanan hidup Nabi yang paling membekas di ingatan saya. Saya pertama kali mendengar cerita itu saat mengaji dulu. Kisah itu juga termasuk salah satu kisah hidup Nabi yang popular dan banyak ditulis dan dijadikan cerita di mana-mana.

Apa yang dilakukan Nabi itu adalah sebuah teladan baik yang tidak hanya layak dilakukan umat Islam, tetapi juga oleh manusia pada umumnya. Namun apa yang terjadi di sekitar kita akhir-akhir ini sangat jauh dengan apa yang dicontohkan Nabi itu. Saya heran dan tak habis pikir mengapa akhir-akhir ini banyak orang mengaku pengikut Nabi Muhammad, mengaku umat Rasulullah namun perbuatannya sangat jauh dari teladan Nabi.

Orang-orang yang mengaku pengikut nabi ini selalu meneriakkan kebencian kepada Yahudi juga kepada agama lain. Bahkan sering pula kepada sesama umat Islam namun berbeda pandangan. Padahal dari kisah Nabi sangat jelas dicontohkan, Nabi tidak pernah benci kepada orang Yahudi. Bahkan Nabi memberikan makan dan menyuapinya meski dihujat oleh orang Yahudi itu.

Sekarang, orang yang mengaku pengikut Nabi tidak segan memukul dan membunuh orang yang berbeda keyakinan. Mereka selalu melakukan kekerasan atas nama agama. Kelakuan mereka ini sangat kontras dengan apa yang diteladankan nabi. Jika Nabi bisa membuat orang memeluk Islam dengan cara memberikan contoh teladan sifat mulia, orang-orang yang mengaku pembela agama Nabi saat ini justru membuat orang antipati terhadap Islam karena perbuatan tercela mereka.

Maka tak berlebihan kalau saya mempertanyakan apakah mereka ini memahami ajaran Nabi dan meneladani sikapnya. Tak berlebihan pula jika saya mempertanyakan apakah mereka memahami Islam, ajaran Allah yang dibawa oleh Rasulullah.

Kepada mereka, kepada orang-orang ini, saya sarankan ada baiknya kembali membaca dan mempelajari teladan Nabi, seperti kisah Nabi dan orang Yahudi di atas. Nabi dalam kehidupannya selalu meneladankan bahwa agama yang dibawanya bukanlah agama yang mengancam dan meresahkan.

Islam sebagaimana diajarkan Nabi adalah agama yang melindungi dan mengayomi. Agama yang rahmatan lil alamin, rahmat bagi sekalian alam, bukan hanya rahmat bagi umat muslim saja, tapi rahmat bagi semua manusia, semua ciptaan dan alam semesta.

Kemunculan Dajjal

TEKA TEKI KEMUNCULAN DAJJAL

Khutbah Rasulullah Saw Tentang Dajjal ..

Dari Abi Umamah Al-Bahiliy, beliau berkata: Rasululah s.a.w telah berkhutbah di hadapan kami. Dalam khutbahnya itu Baginda banyak menyentuh masalah Dajjal. Baginda telah bersabda: Sesungguhnya tidak ada fitnah (kerosakan) di muka bumi yang paling hebat selain daripada fitnah yang dibawa oleh Dajjal. Setiap Nabi yang diutus oleh Allah SWT ada mengingatkan kaumnya tentang Dajjal. Aku adalah nabi yang terakhir sedangkan kamu adalah umat yang terakhir. Dajjal itu tidak mustahil datang pada generasi (angkatan) kamu. Seandainya dia datang sedangkan aku masih ada di tengah-tengah kamu, maka aku adalah sebagai pembela bagi setiap mukmin. Kalau dia datang sesudah kematianku, maka setiap orang menjaga dirinya. Dan sebenarnya Allah SWT akan menjaga orang-orang mukmin.

Dajjal itu akan datang nanti dari satu tempat antara Syam dan Irak. Dan mempengaruhi manusia dengan begitu cepat sekali. Wahai hamba Allah, wahai manusia, tetaplah kamu. Di sini akan saya terangkan kepada kamu ciri-ciri Dajjal, yang belum diterangkan oleh nabi-nabi sebelumku kepada umatnya.

Pada mulanya nanti Dajjal itu mengaku dirinya sebagai nabi. Ingatlah, tidak ada lagi nabi sesudah aku. Setelah itu nanti dia mengaku sebagai Tuhan. Ingatlah bahawa Tuhan yang benar tidak mungkin kamu lihat sebelum kamu mati. Dajjal itu cacat matanya sedangkan Allah SWT tidak cacat, bahkan tidak sama dengan baharu. Dan juga di antara dua mata Dajjal itu tertulis KAFIR, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin yang pandai membaca atau buta huruf.

Di antara fitnah Dajjal itu juga dia membawa syurga dan neraka. Nerakanya itu sebenarnya syurganya sedangkan syurganya itu neraka, yakni panas. Sesiapa di antara kamu yang disiksanya dengan nerakanya, hendaklah dia meminta pertolongan kepada Allah dan hendaklah dia membaca pangkal surah Al-Kahfi, maka nerakanya itu akan sejuk sebagaimana api yang membakar Nabi Ibrahim itu menjadi sejuk.

Di antara tipu dayanya itu juga dia berkata kepada orang Arab: Seandainya aku sanggup menghidupkan ayah atau ibumu yang sudah lama meninggal dunia itu, apakah engkau mengaku aku sebagai Tuhanmu? Orang Arab itu akan berkata: Tentu. Maka syaitan pun datang menyamar seperti ayah atau ibunya. Rupanya sama, sifat-sifatnya sama dan suaranya pun sama. Ibu bapanya berkata kepadanya: Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dialah Tuhanmu.

Di antara tipu dayanya juga dia tipu seseorang, yakni dia bunuh dan dia belah dua. Setelah itu dia katakan kepada orang ramai: Lihatlah apa yang akan kulakukan terhadap hambaku ini, sekarang akan kuhidupkan dia semula. Dengan izin Allah orang mati tadi hidup semula. Kemudian Laknatullah Alaih itu bertanya: Siapa Tuhanmu? Orang yang dia bunuh itu, yang kebetulan orang beriman, menjawab: Tuhanku adalah Allah, sedangkan engkau adalah musuh Allah.
Orang itu bererti lulus dalam ujian Allah dan dia termasuk orang yang paling tinggi darjatnya di syurga.

Kata Rasulullah s.a.w lagi: Di antara tipu dayanya juga dia suruh langit supaya menurunkan hujan tiba-tiba hujan pun turun. Dia suruh bumi supaya mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya tiba-tiba tumbuh. Dan termasuk ujian yang paling berat bagi manusia, Dajjal itu datang ke perkampungan orang-orang baik dan mereka tidak me-ngakunya sebagai Tuhan, maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman dan ternakan mereka tidak menjadi.

Dajjal itu datang ke tempat orang-orang yang percaya kepadanya dan penduduk kampung itu mengakunya sebagai Tuhan. Disebabkan yang demikian hujan turun di tempat mereka dan tanam-tanaman mereka pun menjadi.

Tidak ada kampung atau daerah di dunia ini yang tidak didatangi Dajjal kecuali Makkah dan Madinah. Kedua-dua kota itu tidak dapat ditembusi oleh Dajjal kerana dikawal oleh Malaikat. Dia hanya berani menginjak pinggiran Makkah dan Madinah. Namun demikian ketika Dajjal datang ke pergunungan di luar kota Madinah, kota Madinah bergoncang seperti gempa bumi. Ketika itu orang-orang munafik kepanasan seperti cacing dan tidak tahan lagi tinggal di Madinah. Mereka keluar dan pergi bergabung dengan orang-orang yang sudah menjadi pengikut Dajjal. Inilah yang dikatakan hari pembersihan kota Madinah.

Dalam hadis yang lain, di antara fitnah atau tipu daya yang dibawanya itu, Dajjal itu lalu di satu tempat kemudian mereka mendustakannya (tidak beriman kepadanya), maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman mereka tidak menjadi dan hujan pun tidak turun di daerah mereka. Kemudian dia lalu di satu tempat mengajak mereka supaya beriman kepadanya. Mereka pun beriman kepadanya. Maka disebabkan yang demikian itu Dajjal menyuruh langit supaya menurunkan hujannya dan menyuruh bumi supaya menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya. Maka mereka mudah mendapatkan air dan tanam-tanaman mereka subur.

Dari Anas bin Malik, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: Menjelang turunnya Dajjal ada tahun-tahun tipu daya, iaitu tahun orang-orang pendusta dipercayai orang dan orang jujur tidak dipercayai. Orang yang tidak amanah dipercayai dan orang amanah tidak dipercayai.

Dari Jabir bin Abdullah, katanya Rasulullah s.a.w ada bersabda: Bumi yang paling baik adalah Madinah. Pada waktu datangnya Dajjal nanti ia dikawal oleh malaikat. Dajjal tidak sanggup memasuki Madinah. Pada waktu datangnya Dajjal (di luar Madinah), kota Madinah bergegar tiga kali. Orang-orang munafik yang ada di Madinah (lelaki atau perempuan) bagaikan cacing kepanasan kemudian mereka keluar meninggalkan Madinah. Kaum wanita adalah yang paling banyak lari ketika itu.

Itulah yang dikatakan hari pembersihan. Madinah membersihkan kotorannya seperti tukang besi membersihkan karat-karat besi.

Diriwayatkan oleh Ahmad, hadis yang diterima dari Aisyah r.a. mengatakan: Pernah satu hari Rasulullah s.a.w masuk ke rumahku ketika aku sedang menangis. Melihat saya menangis beliau bertanya: Mengapa menangis? Saya menjawab: Ya Rasulullah, engkau telah menceritakan Dajjal, maka saya takut mendengarnya.
Rasulullah s.a.w berkata: Seandainya Dajjal datang pada waktu aku masih hidup, maka aku akan menjaga kamu dari gangguannya. Kalau dia datang setelah kematianku, maka Tuhan kamu tidak buta dan cacat.

Dari Jabir bin Abdullah, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: Dajjal muncul pada waktu orang tidak berpegang kepada agama dan jahil tentang agama. Pada zaman Dajjal ada empat puluh hari, yang mana satu hari terasa bagaikan setahun, ada satu hari yang terasa bagaikan sebulan, ada satu hari yang terasa satu minggu, kemudian hari-hari berikutnya seperti hari biasa.

Ada yang bertanya: Ya Rasulullah, tentang hari yang terasa satu tahun itu, apakah boleh kami solat lima waktu juga? Rasulullah s.a.w menjawab: Ukurlah berapa jarak solat yang lima waktu itu.
Menurut riwayat Dajjal itu nanti akan berkata: Akulah Tuhan sekalian alam, dan matahari ini berjalan dengan izinku. Apakah kamu bermaksud menahannya? Katanya sambil ditahannya matahari itu, sehingga satu hari lamanya menjadi satu minggu atau satu bulan.

Setelah dia tunjukkan kehebatannya menahan matahari itu, dia berkata kepada manusia: Sekarang apakah kamu ingin supaya matahari itu berjalan? Mereka semua menjawab: Ya, kami ingin. Maka dia tunjukkan lagi kehebatannya dengan menjadikan satu hari begitu cepat berjalan.

Menurut riwayat Muslim, Rasulullah s.a.w bersabda: Akan keluarlah Dajjal kepada umatku dan dia akan hidup di tengah-tengah mereka selama empat puluh. Saya sendiri pun tidak pasti apakah empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah SWT mengutus Isa bin Maryam yang rupanya seolah-olah Urwah bin Masud dan kemudian membunuh Dajjal itu.

Dan menurut ceritanya setelah munculnya Dajjal hampir semua penduduk dunia menjadi kafir, yakni beriman kepada Dajjal. Menurut ceritanya orang yang tetap dalam iman hanya tinggal 12,000 lelaki dan 7,000 kaum wanita. Wallahu A'lam.

Pedang Nabi Muhammad

9 PEDANG NABI MUHAMMAD SAW (FOTO DAN SEJARAH)


Ini adalah pedang-pedang yang pernah dipakai oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya untuk berdakwah, mempertahankan diri dan eksistensi kalimat Allah di muka bumi. jumlah total pedang yang pernah digunakan ada 9 buah.

1. Al Ma’thur


 
Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi (Cairo: Hijr, 1312/1992).
 
Juga dikenal sebagai ‘Ma’thur Al-Fijar’ adalah pedang yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW sebelum dia menerima wahyu yang pertama di Mekah. Pedang ini diberi oleh ayahnya, dan dibawa waktu hijrah dari Mekah ke Medinah sampai akhirnya diberikan bersama-sama dengan peralatan perang lain kepada Ali bin Abi Thalib.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 99 cm. Pegangannya terbuat dari emas dengan bentuk berupa 2 ular dengan berlapiskan emeralds dan pirus. Dekat dengan pegangan itu terdapat Kufic ukiran tulisan Arab berbunyi: ‘Abdallah bin Abd al-Mutalib’.

2. Al 'Adb


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Al-’Adb, nama pedang ini, berarti “memotong” atau “tajam.” Pedang ini dikirim ke para sahabat Nabi Muhammad SAW sesaat sebelum Perang Badar. Dia menggunakan pedang ini di Perang Uhud dan pengikut-pengikutnnya menggunakan pedang ini untuk menunjukkan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW. Sekarang pedang ini berada di masjid Husain di Kairo Mesir.

3. Dhu Al Faqar

Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Dhu Al Faqar adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan pada waktu perang Badr. Dan dilaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan pedang ini kepada Ali bin Abi Thalib, yang kemudian Ali mengembalikannya ketika Perang Uhud dengan bersimbah darah dari tangan dan bahunya, dengan membawa Dhu Al Faqar di tangannya.

Banyak sumber mengatakan bahwa pedang ini milik Ali Bin Abi Thalib dan keluarga. Berbentuk blade dengan dua mata.

4. Al Battar

Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Al Battar adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan dari Banu Qaynaqa. Pedang ini disebut sebagai ‘Pedangnya para nabi‘, dan di dalam pedang ini terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi :
‘Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Musa AS, Nabi Harun AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS, Nabi Isa AS, Nabi Muhammad SAW’.
Gambar ukiran nama-nama para nabi di dalamnya :

Di dalamnya juga terdapat gambar Nabi Daud AS ketika memotong kepala dari Goliath, orang yang memiliki pedang ini pada awalnya. Di pedang ini juga terdapat tulisan yang diidentifikasi sebagai tulisan Nabataean.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 101 cm. Dikabarkan bahwa ini adalah pedang yang akan digunakan Nabi Isa AS kelak ketika dia turun ke bumi kembali untuk mengalahkan Dajjal.

5. Hatf


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992)

Hatf adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan dari Banu Qaynaqa. Dikisahkan bahwa Nabi Daud AS mengambil pedang ‘Al Battar’ dari Goliath sebagai rampasan ketika dia mengalahkan Goliath tersebut pada saat umurnya 20 tahun.

Allah SWT memberi kemampuan kepada Nabi Daud AS untuk ‘bekerja’ dengan besi, membuat baju baja, senjata dan alat perang, dan dia juga membuat senjatanya sendiri. Dan Hatf adalah salah satu buatannya, menyerupai Al Battar tetapi lebih besar dari itu.

Dia menggunakan pedang ini yang kemudian disimpan oleh suku Levita (suku yang menyimpan senjata-senjata barang Israel) dan akhirnya sampai ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sekarang pedang ini berada di Musemum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade, dengan panjang 112 cm dan lebar 8 cm.

6. Al Mikhdham


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Ada yang mengabarkan bahwa pedang ini berasal dari Nabi Muhammad SAW yang kemudian diberikan kepada Ali bin Abi Thalib dan diteruskan ke anak-anaknya Ali. Tapi ada kabar lain bahwa pedang ini berasal dari Ali bin Abi Thalib sebagai hasil rampasan pada serangan yang dia pimpin di Syria.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 97 cm, dan mempunyai ukiran tulisan Arab yang berbunyi: ‘Zayn al-Din al-Abidin’.

7. Al Rasub


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Ada yang mengatakan bahwa pedang ini dijaga di rumah Nabi Muhammad SAW oleh keluarga dan sanak saudaranya seperti layaknya bahtera (Ark) yang disimpan oleh bangsa Israel.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 140 cm, mempunyai bulatan emas yang didalamnya terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi: ‘Ja’far al-Sadiq’.

8. Al Qadib

Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Al-Qadib berbentuk blade tipis sehingga bisa dikatakan mirip dengan tongkat. Ini adalah pedang untuk pertahanan ketika bepergian, tetapi tidak digunakan untuk peperangan.
Ditulis di samping pedang berupa ukiran perak yang berbunyi syahadat:
“Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad Rasul Allah – Muhammad bin Abdallah bin Abd al-Mutalib.”

Tidak ada indikasi dalam sumber sejarah bahwa pedang ini telah digunakan dalam peperangan. Pedang ini berada di rumah Nabi Muhammad SAW dan kemudian hanya digunakan oleh khalifah Fatimid.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Panjangnya adalah 100 cm dan memiliki sarung berupa kulit hewan yang dicelup.

9. Qal’a


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Pedang ini dikenal sebagai “Qal’i” atau “Qul’ay.” Nama yang mungkin berhubungan dengan tempat di Syria atau tempat di dekat India Cina. Ulama negara lain bahwa kata “qal’i” merujuk kepada “timah” atau “timah putih” yang di tambang berbagai lokasi.

Pedang ini adalah salah satu dari tiga pedang Nabi Muhammad SAW yang diperoleh sebagai rampasan dari Bani Qaynaqa. Ada juga yang melaporkan bahwa kakek Nabi Muhammad SAW menemukan pedang ini ketika dia menemukan air Zamzam di Mekah.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 100 cm. Didalamnya terdapat ukiran bahasa Arab berbunyi: “Ini adalah pedang mulia dari rumah Nabi Muhammad SAW, Rasul Allah.”

Pedang ini berbeda dari yang lain karena pedang ini mempunyai desain berbentuk gelombang.

Imam Syafi'i

IMAM SYAFI'I



Biografi Lengkap Imam Syafi’i r.a. (150H –204H ) 
Nama beliau ialah Muhammad bin Idris bin Al-‘Abbas bin ‘Uthman bin Shafi’ bin Al-Saibbin ‘Ubaid bin Yazid bin Hashim bin ‘Abdal-Muttalib bin ’Abd Manaf bin Ma’n bin Kilab bin Lu’i bin Ghalib bin Fahr binMalik bin Al-Nadr bin Kinanah bin Khuzaimahbin Mudrakah bin Ilias bin Al-Nadr bin Nizarbin Ma’d bin ‘Adnan bin Ud bin Udad.Keturunan beliau bertemu dengan titisanketurunan Rasulullah s.a.w pada ‘Abd Manaf.Ibunya berasal dari Kabilah Al-Azd, satu kabilah Yaman yang masyhur.

Penghijrahan ke Palestina Sebelum beliau dilahirkan, keluarganya telah berpindah ke Palestina kerana beberapa keperluan dan bapanya terlibat di dalam angkatan tentera yang ditugaskan untuk mengawal perbatasan Islam di sana. Kelahiran dan Kehidupannya Menurut pendapat yang masyhur, beliau dilahirkan di Ghazzah – Palestina pada tahun 150Hijrah. Tidak lama sesudah beliau dilahirkan bapak- nya meninggal dunia. Tinggallah beliau bersama-sama ibunya sebagai seorang anak yatim. Kehidupan masa kecilnya dilalui dengan serba kekurangan dan kesulitan.

PENGEMBARAAN IMAM AL-SyAFI’I
Hidup Imam As-Syafi’i (150H – 204H ) merupakan satu sisi pengembaraan yang tersusun di dalam bentuk yang sungguh menarik dan amat berkesan terhadap pembentukan criteria ilmiah dan popularitasnya. Asy-Syafi’i di Makkah ( 152H – 164H )

Pengembaraan beliau bermula sejak beliau berumur dua tahun lagi (152H), ketika itu beliaudibawa oleh ibunya berpindah dari tempat kelahirannya iaitu dari Ghazzah, Palestina keKota Makkah untuk hidup bersama kaum keluarganya di sana.Di kota Makkah kehidupan beliau tidak tetap kerana beliau dihantar ke perkampungan BaniHuzail, menurut tradisi bangsa Arab ketika itu bahawa penghantaran anak-anak muda mereka ke perkampungan tersebut dapat mewarisi kemahiran bahasa ibunda mereka Dari sumber asalnya yang belum lagi terpengaruh dengan integrasi bahasa-bahasa asing seperti bahasa Parsi dan sebagainya. Satu perkara lagi adalah supaya pemuda mereka dapat dibekalkan dengan Al-Furusiyyah Latihan Perang Berkuda). 
Kehidupan beliau diperingkat ini mengambil masa dua belas tahun ( 152 – 164H ).Sebagai hasil dari usahanya, beliau telah mahir dalam ilmu bahasa dan sejarah di Sampingi lmu-ilmu yang berhubung dengan Al-Quran dan Al-Hadith. Selepas pulang dariperkampungan itu beliau meneruskan usaha pembelajarannya dengan beberapa mahaguru di Kota sehingga beliau menjadi terkenal. Dengan kecerdikan dan kemampuan ilmiahnya beliau telah dapat menarik perhatian seorang mahagurunya yaitu Muslim binKhalid Al-Zinji yang mengizinkannya untuk berfatwa sedangkan umur beliau masih lagi diperingkat remaja iaitu lima belas tahun.

Asy-Syafi’i di Madinah (164H – 179H)
Sesudah itu beliau berpindah ke Madinah dan menemui Imam Malik. Beliau berdampingdengan Imam Malik di samping mempelajari ilmunya sehinggalah Imam Malik wafat pada tahun 179H, yaitu selama lima belas tahun.Semasa beliau bersama Imam Malik hubungan beliau dengan ulama-ulama lain yang menetap di kota itu dan juga yang datang dari luar berjalan dengan baik dan berfaedah. Dari sini dapatlah difahami bahawa beliau semasa di Madinah telah dapat mewarisi ilmu bukan saja dari Imam Malik tetapi juga dari ulama-ulama lain yang terkenal dikota itu.

Asy-Syafi’i di Yaman ( 179H – 184H )
Ketika Imam Malik wafat pada tahun 179H, kota Madinah diziarahi oleh Gubenur Yaman.Beliau telah dicadangkan oleh sebahagian orang-orang Qurasyh Al-Madinah supayamencari pekerjaan bagi Asy-Syafi’i. Lalu beliau melantiknya menjalankan satu pekerjaan diwilayah Najran. Sejak itu Asy-Syafi’i terus menetap di Yaman sehingga berlaku pertukaran Gubenur wilayah itu pada 184H. Pada tahun itu satu fitnah ditimbulkan terhadap diriAsy-Syafi’i sehingga beliau dihadapkan ke hadapan Harun Al-Rashid di Baghdad atas tuduhan Gubenur baru itu yang sering menerima kecaman Asy-Syafi’i kerana kekejaman . Tetapi ternyata bahwa beliau tidak bersalah dan kemudiannya beliau dibebaskan.

Asy-Syafi’i di Baghdad ( 184H – 186H )
Peristiwa itu walaupun secara kebetulan, tetapi membawa arti yang amat besar kepadaAsy-Syafi’i kerana pertamanya, ia berpeluang menziarahi kota Baghdad yang terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan dan para ilmuan pada ketika itu. Keduanya, ia berpeluang bertemu dengan Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, seorang tokoh Mazhab Hanafi dan sahabat karib Imam Abu Hanifah dan lain-lain tokoh di dalam Mazhab Ahl al-Ra’y. 

Dengan peristiwa itu terbukalah satu era baru dalam siri pengembaraan Al-Imam ke kota Baghdad yang dikatakan berlaku sebanyak tiga kali sebelum beliau berpindah ke Mesir.Dalam pengembaraan pertama ini Asy-Syafi’i tinggal di kota Baghdad sehingga tahun 186H. Selama masa ini(184 – 186H) beliau sempat membaca kitab kitab Mazhab Ahl al-Ra’y dan mempelajarinya, terutamanya hasil tulisan Muhammad bin Al-Hassan Al-Shaibani, disamping membincanginya di dalam beberapa perdebatan ilmiah di hadapan Harun Al-Rashid sendiri.

Asy-Syafi’i di Makkah ( 186H – 195H )
Pada tahun 186H, Asy-Syafi’i pulang ke Makkah membawa bersamanya hasil usahanya diYaman dan Iraq dan beliau terus melibatkan dirinya di bidang pengajaran. Dari sini muncullah satu bintang baru yang berkerdipan di ruang langit Makkah membawa satun afas baru di bidang fiqah, satu nafas yang bukan Hijazi, dan bukan pula Iraqi danYamani, tetapi ia adalah gabungan dari ke semua aliran itu. Sejak itu menurut pendapatsetengah ulama, lahirlah satu Mazhab Fiqhi yang baru yang kemudiannya dikenali denganMazhab Asy-Syafi’i.Selama sembilan tahun (186 – 195H) Asy-Syafi’i menghabiskan masanya di kota suci Makkah bersama-sama para ilmuan lainnya, membahas, mengajar, mengkaji di samping berusaha untuk melahirkan satu intisari dari beberapa aliran dan juga persoalan yang sering bertentangan yang beliau temui selama masa itu.

Asy-Syafi’i di Baghdad ( 195H – 197H
Dalam tahun 195H, untuk kali keduanya Asy-Syafi’i berangkat ke kota Baghdad. Keberangkatannya kali ini tidak lagi sebagai seorang yang tertuduh, sebagai seorang alim Makkah yang sudah mempunyai personalitas dan aliran fiqah yang tersendiri.Catatan perpindahan kali ini menunjukkan bahawa beliau telah menetap di negara itu selama dua tahun (195 – 197H).

Di dalam masa yang singkat ini beliau berjaya menyebarkan “Method Usuli” yang berbeda dari apa yang dikenali pada ketika itu. Penyebaran ini sudah tentu menimbulkan satu respon dan reaksi yang luarbiasa di kalangan para ilmuan yang kebanyakannya adalah terpengaruh dengan method Mazhab Hanafi yang disebarkan oleh tokoh utama Mazhab itu, yaitu Muhammad bin Al-Hasan Al-Shaibani.Kata Al-Karabisi : “Kami sebelum ini tidak kenal apakah (istilah) Al-Kitab, Al- Sunnah dan Al-Ijma’, sehinggalah datangnya Asy-Syafi’i, beliaulah yang menerangkan maksud Al-Kitab, Al-Sunnah dan Al-Ijma’”. Kata Abu Thaur : “Kata Asy-Syafi’i : Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menyebut di dalam kitab-Nya) mengenai sesuatu maksud yang umum tetapi Ia menghendaki maksudnya yang khas, dan Ia juga telah menyebut sesuatu maksud yang khas tetapi Ia menghendaki maksudnya yang umum, dan kami (pada ketika itu) belum lagi mengetahui perkara-perkara itu, lalu kami tanyakan beliau …”Pada masa itu juga dikatakan beliau telah menulis kitab usulnya yang pertama atas permintaan ‘Abdul Rahman bin Mahdi, dan juga beberapa penulisan lain dalam bidang fiqih dan lain-lain.

Asy-Syafi’i di Makkah dan Mesir ( 197H – 204H )
Sesudah dua tahun berada di Baghdad (197H) beliau kembali ke Makkah. Pada tahun198H, beliau keluar semula ke Baghdad dan tinggal di sana hanya beberapa bulan sahaja.Pada awal tahun 199H, beliau berangkat ke Mesir dan sampai ke negara itu dalam tahunitu juga. Di negara baru ini beliau menetap sehingga ke akhir hayatnya pada tahun 204H.Imam As-Shafi’i wafat pada tahun 204H. Asas Fiqih dan Ushul Fiqih kemudian disebar dandiusaha-kembangkan oleh para sahabatnya yang berada di Al-Hijaz, Iraq dan Mesir.

FATWA-FATWA IMAM ASY-SYAFI’I
Perpindahan beliau ke Mesir mengakibatkan satu perubahan besar dalam Mazhabnya. Kesan perubahan ini melibatkan banyak fatwanya semasa beliau di Baghdad turut sama berubah. Banyak kandungan kitab-kitab fiqihnya yang beliau hasilkan di Baghdad  direvisi kembali.Dengan ini terdapat dua fatwa bagi As-Shafi’i, fatwa lama dan fatwa barunya. Fatwa lama ialah segala fatwa yang diucapkan atau ditulis semasa beliau berada di Iraq, fatwa barunya ialah fatwa yang diucapkan atau ditulis ketika semasa beliau berada di Mesir. Kadang-kadang dipanggil fatwa lamanya dengan Mazhabnya yang lama atau Qaul Qadim dan fatwa barunya dinamakan dengan Mazhab barun atau Qaul Jadid.

Di sini harus kita fahami bahawa tidak semua fatwa barunya menyalahi fatwa lamanya dan tidak pula kesemua fatwa lamanya dibatalkannya, malahan ada di antara fatwa barunya yang menyalahi fatwa lamanya dan ada juga yang sama dengan yang lama. Kata Imam Al-Nawawi : “Sebenarnya sebab dikatakan kesemua fatwa lamanya itu ditarik kembali dan tidak diamalkannya hanyalah berdasarkan pada umumnya saja”.
PARA SAHABAT IMAM ASY-SYAFI’I
Di antara para sahabat Imam Asy-Syafi’i Rohimahulloh yang terkenal di Al-Hijaz (Makkah dan Al-Madinah) ialah :-
  • Abu Bakar Al-Hamidi, ‘Abdullah bun Al-Zubair Al-Makki yang wafat pada tahun 219H.
  • Abu Wahid Musa bin ‘Ali Al-Jarud Al-Makki yang banyak menyalin kitab-kitab Asy-Syafi’i.Tidak diketahui tarikh wafatnya.
  • Abu Ishak Ibrahim bin Muhammad bin Al-‘Abbasi bin ‘Uthman bin Shafi ‘Al-Muttalibi yang wafat pada tahun 237H.
  • Abu Bakar Muhammad bin Idris yang tidak diketahui tarikh wafatnya.
  • Sementara di Iraq pula kita menemui banyak para sahabat Imam Asy-Syafi’i yang terkenal, di antara mereka ialah :-
  • Abu ‘Abdullah Ahmad bin Hanbal, Imam Mazhab yang keempat. Beliau wafat pada tahun 241
  • Abu ‘Ali Al-Hasan bin Muhammad Al-Za’farani yang wafat pada tahun 249H.
  • Abu Thaur Ibrahim bin Khalid Al-Kalbi yang wafat pada tahun 240H.
  • Al-Harith bin Suraij Al-Naqqal, Abu ‘Umar. Beliau wafat pada tahun 236H
  • Abu ‘Ali Al-Husain bin ‘Ali Al-Karabisi yang wafat pada tahun 245H.
  • Abu ‘Abdul RahmanAhmad bin Yahya Al-Mutakallim. Tidak diketahui tarikh wafatnya.
  • Abu Zaid ‘Abdul Hamid bin Al-Walid Al-Misri yang wafat pada tahun 211H.
  • Al-Husain Al-Qallas. Tidak diketahui tarikh wafatnya.
  • ‘Abdul ‘Aziz bin Yahya Al-Kannani yang wafat pada tahun 240H.
  • ‘Ali bin ‘Abdullah Al-Mudaiyini.
  • Di Mesir pula terdapat sebilangan tokoh ulama yang kesemua mereka adalah sahabat Imam Asy-Syafi’i,seperti :-
  • Abu Ibrahim Isma’il bin Yahya bin ‘Amru bin Ishak Al-Mudhani yang wafat pada tahun 264H.
  • Abu Muhammad Al-Rabi’ bin Sulaiman Al-Muradi yang wafat pada tahun .
  • Abu Ya’kub Yusuf bin Yahya Al-Misri Al-Buwaiti yang wafat pada tahun 232H.
  • Abu Najib Harmalah bin Yahya Al-Tajibi yang wafat pada tahun 243H.
  • Abu Musa Yunus bin ‘Abdul A’la Al-Sadaghi yang wafat pada tahun 264H.
  • Abu ‘Abdullah Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Hakam Al-Misri yang wafat pada tahun268H.
  • Al-Rabi’ bin Sulaiman Al-Jizi yang wafat pada tahun 256H.

Dari usaha gigih mereka, Mazhab Asy-Syafi’i tersebar dan berkembang luas di seluruh rantau Islam dizaman-zaman berikutnya.
PERKEMBANGAN MAZHAB IMAM ASY-SYAFI’I
Menurut Ibn Al-Subki bahawa Mazhab Asy-Syafi’i telah berkembang dan menjalar pengaruhnya dibanyak wilayah, di kota dan di desa, di seluruh rantau negara Islam. Pengikut-pengikutnya terdapat di Iraq dan kawasan-kawasan sekitarnya, di Naisabur, Khurasan, Muru, Syria, Mesir, Yaman,Hijaz, Iran dan di negara-negara timur lainnya hingga ke India dan sempadan negara China.Penyebaran yang sebegini meluas setidak-tidaknya membayangkan kepada kita sejauh mana kewibawaan peribadi Imam Asy-Syafi’i Rohimahulloh sebagai seorang tokoh ulama dan keunggulan Mazhabnya sebagai satu-satunya aliran fiqih yang menyebar ke seantero wilayah dari zaman sampai saat kini.
IMAM ASY-SYAFI’I  DAN  KITABNYA
Permulaan Mazhabnya
Sebenarnya penulisan Imam Asy-Syafi’i secara umumnya mempunyai pertalian yang rapat dengan pembentukan Mazhabnya. Menurut Muhammad Abu Zahrah bahawa pembentukan Mazhabnya hanya bermula sejak sekembalinya dari kunjungan ke Baghdad pada tahun 186 H. Sebelum itu Asy-Syafi’i Rohimahulloh .adalah salah seorang pengikut Imam Malik Rohimahulloh yang sering mempertahankan pendapatnya dan juga pendapat fuqaha’ Al-Madinah lainnya dari kecaman dan kritikan fuqaha’ Ahl Al-Ra’y. Sikapnya yang sebegini meyebabkan beliau  terkanal dengan panggilan “Nasir Al-Hadith”.

Detik terawal Mazhabnya bermula apabila beliau membuka tempat pengajarannya (halaqoh) di MasjidAl-Haram. Usaha beliau dalam memperkembangkan Mazhabnya itu boleh di bagi kepada tiga faset :
· Fase 1. di Makkah (186 – 195H)
· Fase 2. di Baghdad (195 – 197H)
· Fase 3. di Mesir (199 – 204H)
Dalam setiap fase diatas beliau mempunyai banyak murid dan para pengikut yang telah menerima dan menyebarkan segala pendapat ijtihad dan juga hasil kajiannya.
Penulisan Pertamanya
Memang agak sulit untuk menentukan apakah kitab pertama yang dihasilkan oleh Asy-Syafi’i Rohimahulloh dan dimana dan selanjutnya apakah kitab pertama yang dihasilkannya dalam Ilmu Fiqih dan di mana? Kesulitan ini adalah berpuncak dari tidak adanya keterangan yang jelas mengenai kedua-dua perkara tersebut. Pengembaraannya dari satu tempat ke satu tempat yang lain. dan pulangnya semula ke tempat asal tambah menyulitkan lagi untuk  menentukan di tempat mana beliau memulai usaha penulisannya.

Sesudah mengamati beberapa buah kitab lama dan baru yang menyentuh sejarah hidupnya, hanya beberapa tanda yang menunjukkan bahwa kitab “Al-Risalah” adalah ditulis atas permintaan ‘Abdul Rahman bin Mahdi, yaitu sebuah kitab di dalam Ilmu Usul, keterangan inipun tidak  menyebutkan apakah kitab ini merupakan hasil penulisannya yang pertama atau sebelumnya sudah ada kitab lain yang dihasilkannya. Di samping adanya persilisihan pendapat di kalangan ‘ulama berhubung dengan tempat di mana beliau menghasilkan penulisan kitabnya itu. Ada pendapat yang mengatakan bahawa beliau menulisnya sewaktu beliau berada di Makkah dan ada juga pendapat yang mengatakan bahawa beliau menulisnya ketika berada di Iraq.

Kata Ahmad Muhammad Shakir : “Asy-Syafi’i telah mengarang beberapa buah kitab yang jumlahnya agak banyak, sebagian beliau sendiri yang menulisnya, lalu dibacakannya kepada orang banyak .Sebagian  beliau yang merencanakannya saja kepada para sahabatnya. Untuk mengira jumlah kitab-kitabnya itu memanglah sukar kerana sebagian besar  telah hilang. Kitab-kitab itu telah dihasilkan penulisannya ketika beliau berada di Makkah, di Baghdad dan di Mesir”.

Kalaulah keterangan di atas boleh di-pertanggungjawab-kan maka dapatlah kita membuat satu kesimpulan bahawa Asy-Syafi’i Rohimahulloh  telah memulai penulisannya sewaktu beliau di Makkah , dan kemungkinan kitabnya yang pertama yang dihasilkannya ialah kitab “Al-Risalah”. Al-Hujjah Dan Kitab-kitab Mazhab Qadim

Di samping “Al-Risalah” terdapat sebuah kitab lagi yang sering disebut-sebut oleh para ulama sebagai sebuah kitab yang mengandung fatwa Mazhab Qadim yaitu “Al-Hujjah”.  keterangan mengenai kitab inipun  tidak menunjukkan bahawa itu adalah kitab pertama yang di tulis di dala bidang Ilmu Fiqih semasa beliau berada di Iraq, dan masa penulisannya pun tidak begitu jelas. Menurut beberapa keterangan, beliau menuliskan itu pada waktu beliau berpindah ke negara itu pada kali keduanya, yiaitu di antara tahun-tahun 195 – 197H.
Bersama-sama “Al-Hujjah” itu terdapat beberapa buah kitab lain di dalam Ilmu Fiqih yang beliau hasilkan sendiri penulisannya atau beliau merencanakannya kepada para sahabatnya di Iraq,diantaranya seperti kitab-kitab berikut :
  • Al-Mahali
  • Kitab Al-Hajj
  • Kitab Zihar
  • Majma’ Al-Kafi
  • Kitab Al-I’tiaf
  • Kitab Lian
  • Uyun Al- Masail
  • Kitab Buyu’
  • Kitab Hudud
  • Kitab Al-Sunan
  • Kitab Al-Rahn
  • Kitabqodhya
  • Kitab Thaharah
  • Kitab Al-Ijarah
  • Kitab Illa
  • Kitab Asalah
  • Kitab Nikah
  • Kitab Al-‘Itqu
  • Kitab Al-Zakah
  • Kitab Thalaq
  • Kitab Hibah
  • Al-Shiam
  • Kitab Shadaqoh
  • Dan Lain-Lain

Setengah riwayat pula  menyebutkan bahwa kitab pertama yang dihasilkan oleh Asy-Syafi’i Rohimahulloh adalah didalam bentuk Tanya jawab, yaitu satu penulisan yang ditujukan pada fuqaha’ ahlil-Ra’y sebagai menjawab kecaman-kecaman mereka terhadap Imam Malik Rohimahulloh dan fuqaha’AlMadinah

Kenyataan mereka ini berdasarkan kepada riwayat Al-Buwaiti : “Kata Asy-Syafi’i Rohimahulloh : Ashab Al-Hadith (pengikut Imam MalikRohimahulloh ) telah berhimpun bersama-sama saya. Mereka telah meminta saya menulis satu jawaban terhadap kitab Abu Hanifah. Saya menjawab bahawa saya belum lagi mengetahui pendapat mereka, berilah peluang supaya dapat saya melihat kitab-kitab mereka. Lantas saya meminta supaya disalinkan kitab-kitab itu.Lalu disalin kitab-kitab Muhammad bin Al-Hasan untuk saya baca. Saya membacanya selama setahun sehingga saya dapat menghafalkan kesemuanya. Kemudian barulah saya menulis kitab saya di Baghdad. Kalaulah berdasarkan kepada keterangan di atas, maka kitab pertama yang dihasilkan oleh Asy-Syafi’i semasa beliau di Iraq ialah sebuah kitab dalam bentuk jawaban dan perdebatan, dan cara penulisannya adalah sama dengan cara penulisan ahl al-Ra’y. Ini juga menunjukkan bahawa masa penulisannya itu lebih awal dari masa penulisan kitab “Al-Risalah”, yaitu di antara tahun-tahun 184 – 186 H.

Metode Penyusunan kitab
Methode Penulisan Kitab-Kitab Qadim . Berhubung dengan methode penulisan kitab “Al-Hujjah” dan lain-lain belum dapat di pastikan dengan yakin kerana naskah asalnya belum diketemukan , kemungkinan masih ada naskah asalnya atau kemungkinan juga sudah hilang atau rusak dimakan zaman. Walau bagaimana pun ini hanya satu kemungkinan saja. dari methode penulisan di zamannya sangat diwarnahi dengan perbedaan pendapat pada mazhab-mazhab fuqaha’ di dalam beberapa masalah, umpamanya perbedaan pendapat di antara mazhab beliau dengan Mazhab Hanafi dan juga Mazhab Maliki. Keadaan ini dapat kita lihat dalam penulisan kitab “Al-Um” yang pada asalnya adalah kumpulan dari beberapa buah kitab Mazhab Qadimnya. 

Setiap kitab itu masing-masing membawa tajuknya yang tersendiri, kemudian kitab itu dijadikan pada bab-bab kecil yang juga mempunyai tajuk-tajuk tersendiri. Didalam setiap bab ini dimuatkan dengan segala macam masalah fiqih yang tunduk kepada tajuk besar yaitu tajuk bagi sesuatu kitab, umpamanya kitab “Al-Taharah”, ia mengandungi tiga puluh tujuh tajuk bab kecil, kesemua kandungan bab-bab itu ada kaitannya dengan Kitab “Al-Taharah”. banyak di antara para sahabatnya di Iraq yang meriwayatkan fatwa-fatwa qadimnya, di antara yang termasyhur ada empat orang `Ulama yaitu :
  1. Abu Thaur, Ibrahim bin Khalid yang wafat pada tahun 240 H.
  2. Al-Za’farani, Al-Hasan bin Muhammad bin Sabah yang wafat pada tahun 260 H.
  3. Al-Karabisi, Al-Husain bin ‘Ali bin Yazid, Abu ‘Ali yang wafat pada tahun 245 H.
  4. Ahmad bin Hanbal yang wafat pada tahun 241 H.

Menurut Al-Asnawi, Al-Syafi’i adalah ‘ulama’ pertama yang hasil penulisannya meliputi banyak bab di dalam Ilmu Fiqih. Perpindahan beliau ke Mesir pada tahun 199 H menyebabkan berlakunya satu rombakan besar terhadap fatwa lamanya. Perombakan ini adalah berpuncak dari penemuan beliau dengan dalil-dalil baru yang belum ditemuinya selama ini, atau kerana beliau mendapati hadis-hadis yang sahih yang tidak sampai ke pengetahuannya ketika beliau menulis kitab-kitab qadimnya, atau kerana hadis-hadis itu terbukti sahihnya sewaktu beliau berada di Mesir. Yang kesahihannya selama ini belum beliau ketahui. Kerana itu beliau telah menolak sebahagian besar fatwa lamanya dengan berdasarkan kepada prinsipnya :“Apabila ditemui sesebuah hadis yang sahih maka itulah Mazhab saya”.Di dalam kitab “Manaqib Al-Syafi’i”, Al-Baihaqi telah menyebut nama beberapa buah kitab lama (Mazhab Qadim) yang dikarang oleh Imam Asy-Syafi’i dan diubah sebahagian fatwanya, di antara kitab-kitab itu ialah :-

1. Al-Risalah 2. Kitab al-Siyam 3. Kitab al-Sadaq 4. Kitab al-Hudud 5. Kitab al-Rahn al-Saghir 6. Kitab al-Ijarah 7. Kitab al-Jana’iz
Menurut Al-Baihaqi lagi Asy-Syafi’i telah menyuruh supaya dibakar kitab-kitab lamanya yang mana fatwa ijtihadnya telah diubah. Catatan Al-Baihaqi itu menunjukkan bahawa Asy-Syafi’i Rahimahullah melarang para sahabatnya meriwayatkan pendapat-pendapat lamanya yang ditolak oleh orang banyak. Walaupun begitu kita masih menemui pendapat-pendapat qoul qodim beliau itu di dalam kitab-kitab fuqaha’ mazhabnya baik kitab-kitab yang ditulis oleh fuqaha’ yang terdahulu atau pun fuqaha’ yang terkemudian. Kemungkinan hal ini berlaku kerana kitab-kitab lamanya yang diriwayatkan oleh Al-Za’farani, Al-Karabisi dan lain-lain sudah tersebar dengan luasnya di Iraq dan diketahui umum, terutama di kalangan ulama yang menerima pendapat-pendapatnya yang belum mengetahui akan larangan beliau .Para fuqaha’ itu bukan saja mencatat pendapat-pendapat lamanya di dalam penulisan mereka, malah menurut Al-Nawawi ada di antara mereka yang berani mentarjihkan pendapat-pendapat itu apabila mereka mendapatinya didukung oleh hadis-hadis yang sahih.Pentarjihan mereka ini tidak pula dianggap menyalahi kehendak Asy-Syafi’i,Rahimahullah malahan itulah pendapat mazhabnya yang berdasarkan kepada prinsipnya : “Apabila ditemui sesebuah hadis yang sahih itulah mazhab saya”.Tetapi apabila sesuatu pendapat lamanya itu tidak didukung oleh hadis yang sahih kita akan menemui dua sikap di kalangan fuqaha’ Mazhab Al-Syafi’i :

Pertama :
Pendapat itu harus dipilih dan digunakan oleh seseorang mujtahid MazhabAl-Syafi’i atas dasar ia adalah pendapat Al-Syafi’i Rahimahullah yang tidak dimansuhkan olehnya, kerana seseorang mujtahid (seperti Al-Syafi’i Rahimahullah) apabila ia mengeluarkan pendapat barunya yang berbeda dengan pendapat lamanya tidaklah bererti bahwa ia telah menarik pendapat pertamanya, bahkan di dalam masalah itu dianggap mempunyai dua pendapatnya.

Kedua :
Tidak harus ia memilih pendapat lama itu. Inilah pendapat jumhur fuqaha’Mazhab Al-Syafi’i kerana pendapat lama dan baru adalah dua yang berselisihan yang mustahil dapat diselaraskan kedua-duanya.


Imam Syafi’i r.a. (150H – 204H ) Kitab-kitab Mazhab Jadid
Di antara kitab-kitab beliau yang penulisannya di Mesir diantaranya ialah :
i. Al-Risalah. Kitab ini telah ditulis buat pertama kalinya sebelum beliau berpindah ke Mesir.
ii. Beberapa buah kitab di dalam hukum-hukum furu’ yang terkandung di dalam kitab “Al-Um”, seperti :-
a) Di dalam bab Taharah :
1. Kitab al-Wudu’ 2. Kitab al-Tayammum 3. Kitab al-Taharah 4. Kitab Masalah al-Mani 5. Kitab al-Haid

B) Di dalam bab Solah :
6. Kitab Istiqbal al-Qiblah 7. Kitab al-Imamah 8. Kitab al-Jum’ah 9. Kitab Solat al-Khauf 10. Kitab Solat al-‘Aidain 11. Kitab al-Khusuf 12. Kitab al-Istisqa’ 13. Kitab Solat al-Tatawu’ 14. Al-Hukm fi Tarik al-Solah 15. Kitab al-Jana’iz 16. Kitab Ghasl al-Mayyit

c) Di dalam bab Zakat :
17. Kitab al-Zakah 18. Kitab Zakat Mal al-Yatim 19. Kitab Zakat al-Fitr 20. Kitab Fard al-Zakah 21. Kitab Qasm al-Sadaqat

d) Di dalam bab Siyam (Puasa) :
22. Kitab al-Siyam al-Kabir 23. Kitab Saum al-Tatawu’ 24. Kitab al-I’tikaf

e) Di dalam bab Haji :
25. Kitab al-Manasik al-Kabir 26. Mukhtasar al-Haj al-Kabir 27. Mukhtasar al-Haj al-Saghir

f) Di dalam bab Mu’amalat :
28. Kitab al-Buyu’ 29. Kitab al-Sarf 30. Kitab al-Salam 31. Kitab al-Rahn al-Kabir 32. Kitab al-Rahn al-Saghir 33. Kitab al-Taflis 34. Kitab al-Hajr wa Bulugh al-Saghir 35. Kitab al-Sulh 36. Kitab al-Istihqaq 37. Kitab al-Himalah wa al-Kafalah 38. Kitab al-Himalah wa al-Wakalah wa al-Sharikah 39. Kitab al-Iqrar wa al-Mawahib 40. Kitab al-Iqrar bi al-Hukm al-Zahir 41. Kitab al-Iqrar al-Akh bi Akhihi 42. Kitab al-‘Ariah 43. Kitab al-Ghasb 44. Kitab al-Shaf’ah

g) Di dalam bab Ijarat (Sewa-menyewa) :
45. Kitab al-Ijarah 46. Kitab al-Ausat fi al-Ijarah 47. Kitab al-Kara’ wa al-Ijarat 48. Ikhtilaf al-Ajir wa al-Musta’jir 49. Kitab Kara’ al-Ard 50. Kara’ al-Dawab 51. Kitab al-Muzara’ah 52. Kitab al-Musaqah 53. Kitab al-Qirad 54. Kitab ‘Imarat al-Aradin wa Ihya’ al-Mawat

h) Di dalam bab ‘Ataya (Hadiah-menghadiah) :

55. Kitab al-Mawahib 56. Kitab al-Ahbas 57. Kitab al-‘Umra wa al-Ruqba

i) Di dalam bab Wasaya (Wasiat) :
58. Kitab al-Wasiat li al-Warith 59. Kitab al-Wasaya fi al-‘Itq 60. Kitab Taghyir al-Wasiah 61. Kitab Sadaqat al-Hay’an al-Mayyit 62. Kitab Wasiyat al-Hamil

j) Di dalam bab Faraid dan lain-lain :
63. Kitab al-Mawarith 64. Kitab al-Wadi’ah 65. Kitab al-Luqatah 66. Kitab al-Laqit

k) Di dalam bab Nikah :
67. Kitab al-Ta’rid bi al-Khitbah 68. Kitab Tahrim al-Jam’i 69. Kitab al-Shighar 70. Kitab al-Sadaq 71. Kitab al-Walimah 72. Kitab al-Qism 73. Kitab Ibahat al-Talaq 74. Kitab al-Raj’ah 75. Kitab al-Khulu’ wa al-Nushuz 76. Kitab al-Ila’ 77. Kitab al-Zihar 78. Kitab al-Li’an 79. Kitab al-‘Adad 80. Kitab al-Istibra’ 81. Kitab al-Rada’ 82. Kitab al-Nafaqat

l) Di dalam bab Jirah (Jenayah) :
83. Kitab Jirah al-‘Amd 84. Kitab Jirah al-Khata’ wa al-Diyat 85. Kitab Istidam al-Safinatain 86. Al-Jinayat ‘ala al-Janin 87. Al-Jinayat ‘ala al-Walad 88. Khata’ al-Tabib 89. Jinayat al-Mu’allim 90. Jinayat al-Baitar wa al-Hujjam 91. Kitab al-Qasamah 92. Saul al-Fuhl

m) Di dalam bab Hudud :
93. Kitab al-Hudud 94. Kitab al-Qat’u fi al-Sariqah 95. Qutta’ al-Tariq 96. Sifat al-Nafy 97. Kitab al-Murtad al-Kabir 98. Kitab al-Murtad al-Saghir 99. Al-Hukm fi al-Sahir 100. Kitab Qital ahl al-Baghy

n) Di dalam bab Siar dan Jihad :
101. Kitab al-Jizyah 102. Kitab al-Rad ‘ala Siyar al-Auza’i 103. Kitab al-Rad ‘ala Siyar al-Waqidi 104. Kitab Qital al-Mushrikin 105. Kitab al-Asara wa al-Ghulul 106. Kitab al-Sabq wa al-Ramy 107. Kitab Qasm al-Fai’ wa al-Ghanimah

o) Di dalam bab At’imah (Makan-makanan) :
108. Kitab al-Ta’am wa al-Sharab 109. Kitab al-Dahaya al-Kabir 110. Kitab al-Dahaya al-Saghir 111. Kitab al-Said wa al-Dhabaih 112. Kitab Dhabaih Bani Israil 113. Kitab al-Ashribah

p) Di dalam bab Qadaya (Kehakiman) :
114. Kitab Adab al-Qadi 115. Kitab al-Shahadat 116. Kitab al-Qada’ bi al-Yamin ma’a al-Shahid 117. Kitab al-Da’wa wa al-Bayyinat 118. Kitab al-Aqdiah 119. Kitab al-Aiman wa al-Nudhur

q) Di dalam bab ‘Itq (Pembebasan) dan lain-lain :
120. Kitab al-‘Itq 121. Kitab al-Qur’ah 122. Kitab al-Bahirah wa al-Sa’ibah 123. Kitab al-Wala’ wa al-Half 124. Kitab al-Wala’ al-Saghir 125. Kitab al-Mudabbir 126. Kitab al-Mukatab 127. Kitab ‘Itq Ummahat al-Aulad 128. Kitab al-Shurut

Di samping kitab-kitab di atas ada lagi kitab-kitab lain yang dikatagorikan oleh al-Baihaqi sebagai kitab-kitab usul, tetapi ia juga mengandungi hukum-hukum furu’, seperti :-

1. Kitab Ikhtilaf al-Ahadith 2. Kitab Jima’ al-Ilm 3. Kitab Ibtal al-Istihsan 4. Kitan Ahkam al-Qur’an 5. Kitab Bayan Fard al-Lah, ‘Azza wa Jalla 6. Kitab Sifat al-Amr wa al-Nahy 7. Kitab Ikhtilaf Malik wa Asy-Syafi’i 8. Kitab Ikhtilaf al-‘Iraqiyin 9. Kitab al-Rad ‘ala Muhammad bin al-Hasan 10. Kitab ‘Ali wa ‘Abdullah 11. Kitab Fada’il Quraysh.

Ada sebuah lagi kitab Asy-Syafi’i yang dihasilkan dalam Ilmu Fiqah yaitu “al-Mabsut”. Kitab ini diperkenalkan oleh al-Baihaqi dan beliau menamakannya dengan “al-Mukhtasar al-Kabir wa al-Manthurat”, tetapi pada pendapat setengah ulama kemungkinan ia adalah kitab “al-Um”.

Sahabat dan murid-murid Beliau
Ar Rabi’i bin Sulaiman al Muradi (174 – 270 H)
Beliau ini adalah murid langsung dari Imam Syafi’i Rhl., dibawa dari Bagdad sampai ke Mesir. lahirtahun 174H. (wafat tahun 270 H.).
Beliau inilah yang membantu Imam Syafi’i Rhl. menulis kitabnya Al Umm dan kitab Ushul Fiqih yang pertama di dunia, yaitu Kitab Risalah al Jadidah.
Berkata Muhammad bin Hamdan : “Saya datang ke rumah Rabi’I pada suatu hari, di mana didapati di hadapan rumahnya 700 kendaraan membawa orang yang datang mempelaja,ri kitab Syafi’i dari beliau”.
Ini suatu bukti bahwa Ar Rabi’i bin Sulaiman al Muradi adalah seorang yang utama, penyiar dan penyebar Madzhab Syafi’i Rhl. dalam abad-abadnya yang pertama.
Tersebut dalam kitab Al Majmu’ halaman 70, kalau ada perkataan “sahabat kita ar Rabi’i” maka maksudnya adalah Ar Rabi’i bin Sulaiman al Muradi ini.
Di dalam kitab Al Muhadzab tidak ada “Ar Rabi’i selain ar Rabi’i ini, kecuali satu Ar Rabi’i dalam masalah menyamak kulit yang bukan Ar Rabi’i ini, tetapi Ar Rabi’i bin Sulaiman al Jizi. (Beliau ini adalah sahabat Imam Syafi’i Rhl. juga).

Al Muzany (175 – 264 H) 
Nama lengkap beliau adalah Imam Abu lbrahim Ismail bin Yatya Al Muzani, lahir di Mesir 175 H dan 25 tahun lebih muda dari Imam Syafi’i Rhl. Imam Syafi’i Rhl. pernah berkata tentang sahabatnya ini, bahwa Al Muzani adalah pembela Madzhabnya. Setelah Imam al Buwaithi ditangkap maka al Muzany menggantikan kedudukannya dalam halaqoh Imam syafi’i itu sampai beliau wafat pada tahun 264 H. (60 tahun terkemudian dari Imam Syafi’ i Rhl.).
Beliau adalah seorang ulama yang saleh, zuhud dan rendah hati. Beliau banyak mengarang kitab fiqih Syafi’ iyah, seumpama :


l. Al Jami’ al Kabir.
2. Al Jami’ as Shagir.
3. Al Mukhtashar.
4. Al Mantsur.
5. At Targib til trmu
6. Kitabul Watsaiq.
7. Al Masail al Mu’tabarah.
8. Dan lain-lain.

Al Humaidi (wafat 219H) 
Nama langkap beliau adalah Abdullah bin Zuber bin Isa Abu Bakar al Humaidi. Beliau adalah juga murid langsung dari Iman Syafi’i Rahimahullah. 
Beliaulah yang membawa dan mengembangkan Madzhab Syafi’i ketika di Mekkah, sehingga beliau diangkat menjadi Mufti Mekkah. Wafat di Mekkah pada tahun 219 H.
Inilah di antaranya murid-murid langsung dari Imam Syafi’i Rahimahullah. yang kemudian menjadi Ulama Besar dan tetap teguh memegang Madzhab Syafi’i. Dengan perantaraan beliau-beliau inilah Madzhab Syafi’i tersiar luas ke pelosok-pelosok dunia Islam terutama ke bagian Timur dari Hijaz, yaitu ke lraq, ke Khurasan, ke Maawara an Nahr, ke Adzerbaijan, ke Tabristan, juga ke Sind, ke Afganistan, ke India, ke Yaman dan terus ke Hadaramaut, ke Pakistan, India dan Indonesia. 

Beliau-beliau ini menyiarkan Madzhab Syafi’i dengan lisan dan tulisan. Selain dari itu ada dua orang murid Imam Syafi’i Rahimahullah., yaitu Ahmad bin Hanbal, (wafat 241) yang kemudian ternyata membentuk madzhab sendiri yang kemudian dikenal dengan nama Madzhab Hanbali. Yang kedua Syeikh Muhammad bin Abdul Hakam, seorang Ulama murid langsung dari Iman Syafi’i Rahimahullah. yang ilmunya tidak kalah dari al Buwaithi. Beliau ini pada akhir umurnya berpindah ke Madzhab Maliki dan wafat dalam tahun 268 H. di Mesir.
Nama lengkap beliau adalah Abu Ya’kub Yusuf bin Yahya al Buwaithi, lahir di desa Buwaith (Mesir) wafat 231 H.
Beliau ini adalah murid langsung dari Imam Syafi’i Rhl sederajat dengan Ar Rabi’i bin Sulaiman al Muradi. Imam Syafi’i Rahimahullah berkata: “Tidak seorang juga yang lebih berhak atas kedudukanku melebihi dari Yusuf bin Yahya al Buwaithi”, dan Imam Syafi’i Rahimahullah. berwasiat, manakala beliau wafat maka yang akan menggantikan kedudukan beliau sebagai pengajar adalah Al-Buwaithi ini.
Beliau menggantikan Imam Syafi’i Rahimahullah berpuluh tahun dan pada akhir umur beliau ditangkap lantaran persoalan “fitnah Quran”, yaitu tentang makhluk atau tidaknya Quran yang digerakkan oleh kaum Mu’tazilah.
Akhirnya al Buwaithi ditangkap oleh Khalifah yang pro faham Mu’tazilah, lalu dibawa dengan ikatan rantai pada tubuhnya ke Bagdad. Beliau meninggal dalam penjara di Bagdad tahun 231 H.


Beliau syahid karena mempertahankan kepercayaan dan i’itiqad beliau, yaitu i’tiqad kaum ahlussunnah wal Jama’ah yang mempercayai bahwa Quran itu adalah kalam Allah yang Qadim, bukan “ciptaan Allah”, (makhluk).

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More