Sabtu, 01 Juni 2013

Larangan berteman dengan jin

TIDAK BOLEH BERTEMAN DENGAN JIN

bersahabat dengan jin padahal dengan melakukan persahabatan dengan mereka akan sangat membantu dalam mengatasi berbagai problem kehidupan bahwa akan memperkuat tenaga dalam yang telah ada pada diri kita. Terkadang ditanyakan, bukankah jin adalah makhluk Allah juga yang memiliki banyak persamaan dengan manusia, mengapa kita tidak saling tolong-menolong kepada mereka, padahal tolong-menolong itu merupakan sunah agama. Atau seperti pertanyaan , bukankah Nabi Sulaiman juga bersahabat dengan para jin ? bahkan merupakan suatu mukjizat Tuhan atas dirinya ? dll.
Di sini saya akan meringkaskannya, sbb :
Pertama
Bila ditinjau dari segi agama, secara mutlak dan jelas Allah SWT menegaskan dalam Al Qur’an, sbb :

Dan bahwasanya ada saja beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara Jin, maka Jin-jin itu justru hanya menambahi mereka dosa dan kesalahan.(QS.Al Jin:6)
Setelah secara jelas ayat Al Qur’an ini diterangkan bahwa ada larangan keras dalam agama dalam bersahabat dengan jin, terkadang masih saja dibuat-buat pertanyaan. “Bukankah ayat itu menjelaskan hanya pada larangan meminta perlindungan saja, bukan bersahabat ? tentu saja dapat dijawab bahwa persahabatan dengan jin secara otomatis akan meminta pertolongan atau perlindungan kepadanya. Jika seandainya ia mengatakan bahwa bersahabat hanya dalam arti berteman, tidak minta tolong sedikitpun kepadanya tetap saja terlarang, karena pada ayat itu juga jelas pada jin-jin akan membawa kita kepada lembah dosa dan kesalahan. Bersahabat berarti telah terjadi komunikasi dan komunikasi itu sendiri akan terjadi pengaruh-mempengaruhi bahkan justru karena komunikasi / pembicaraan itu pula jin-jin dapat menipu manusia.
Terkadang juga ditanyakan bahwa bagaimana jika persahabatan itu hanya sebatas ingin mengetahui informasi hal yang gaib-gaib saja, maka dapat dijawab, sbb :
Tetap saja tidak boleh karena dengan demikian berarti kita minta tolong kepadanya dan yang namanya meminta tolong / minta informasi pastilah ada harganya bagi jin-jin itu. Pastilah jin-jin itu akan minta pamrih sesuatu kepada orang tersebut. Di sinilah mulai terjadinya penipuan untuk menjatuhkannya ke dalam dosa dan kesalahan.
Menurut Allah dalam Al Qur’an, para jin tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui perkara gaib, firman Allah tersebut, sbb :

Para jin itu berkata,”Sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah dikehendaki kejahatan untuk orang-orang yang di bumi atau Tuhan menghendaki akan kebaikan bagi orang-orang itu.(QS.Al Jin:10)
Adalah menjadi jelas bahwa sekalipun sifatnya tolong-menolong kedua belah pihak, menurut dua ayat di atas tetap saja merupakan larangan secara mutlak.
Adapun menyangkut kisah Nabi Sulaiman as jelas merupakan mukjizat yang sifatnya langsung karunia Allah bukan rekayasa melewati persahabatan ( baca QS. As-Sabaa: 12-14). Bahkan harus pula diperhatikan bahwa Nabi Sulaiman as ketika itu sebagai seorang raja diantara manusia dan jin-jin. Jadi ia memerintah dikerajaannya yang terdiri dari bangsa manusia dan jin. Bukan justru minta pertolongan dari mereka, tetapi merekalah yang takluk dan tunduk atas perintahnya.
Bagaimana jika bersahabat dengan jin muslim saja ? bukankah Al Qur’an menjelaskan adanya jin muslim yang suka berbuat kebaikan ? maka jawabnya tetap saja tidak boleh karena ayat Al Qur’an tadi berbicara secara umum tanpa pengecualian. Di samping itu seharusnya juga dipahami bahwa jika jin itu muslim yang taat beragama maka pastilah ia tidak mau bersahabat dengan manusia karena ada larangan ayat Al Qur’an. Sebab pedoman mereka juga tidak lain adalah Al Qur’an. Benarlah seperti perkataan Syekh Ibnu Hajar Al Haitami mengatakan dalam kitab al fatawil hadisah h.104, sbb :

Sesungguhnya menghampirkan diri kepada ruh-ruh dan berkhidmat (melakukan persahabatan) dengan raja-raja jin adalah termasuk dalam bagian sihir.
Ke dua
Larangan agama tersebut ternyata juga sangat berkait dalam masalah ketauhidan yang mengajarkan kepada manusia agar selalu hanya minta pertolongan dan berkhidmat kepada Allah SWT. Susah maupun senang harus selalu diserahkannya kepada Allah. Di saat senang ia semestinya selalu memuji dan bersyukur atas karunia yang diberikan Tuhan pada dirinya. Sebaliknya di saat menerima kesusahan, tauhid mengajarkannya agar ia dapat bersabar dan selalu tetap istiqomah meminta pertolongan kepada Allah. Bukan justru meminta pertolongan dan penyelesaian masalah kepada para jin yang kerjanya hanya mampu menipu manusia.
Terlebih lagi persahabatan dengan jin ternyata mengharuskannya untuk menyediakan sesuatu yang dianggap menyenangkan jin. Misalnya memberikan suguhan sesajen, dupa / kemenyan di waktu-waktu tertentu. Keadaan ini jelas merupakan pengkhidmatan khusus kepada jin sahabatnya. Bahkan bila ia lupa melakukannya, maka jin itu biasanya akan mengingatkannya. Terkadang dengan cara merasuki dirinya atau keluarganya sehingga tidak sadarkan diri bahkan mengamuk / hilang ingatan.
Ke tiga
Berkait erat dengan masalah tenaga dalam, maka sebagaimana dipahami bahwa tenaga dalam bertumpu pada kemampuan keterampilan mengolah diri. Maka aspek yang dilahirkan daripadanya merupakan murni karya mandiri dengan titik kebergantungan kepada Allah. Maka jika seorang pengguna td bersahabat dengan jin tentu saja bertentangan dengan tabiat td yang dipelajarinya. Sebab bersahabat dengan jin akan merusak keyakinan yang telah ada, sedang td bertumpu pada keyakinan.
Apabila ia berkata akan sanggup memelihara keduanya, maka jelaslah td yang dimilikinya bukan lagi td murni sebagaimana lazimnya. Boleh jadi merupakan rangkaian tipu daya jin itu sendiri sebagaimana yang dinyatakan QS.Al Jin : 6. Pada kenyataannya, orang yang menjalin persahabatan dengan jin akan muncul sifat-sifat yang aneh, bukan hanya bertentangan dengan agama tetapi juga bertentangan dengan tabiat pengguna tenaga dalam, antara lain, sbb :
Sering kesurupan atau tidak sadarkan diri ketika dimasuki jin atau dipengaruhinya sekalipun tidak dikehendaki oleh orang yang menjalin persahabatan itu. Baik secara sengaja dilakukannya ataupun tidak secara sengaja. Ini jelas bertentangan dengan agama dan td yang selalu mengharuskan mawas diri dan selalu sadar diri.
Sering berfikir yang aneh dan tak masuk akal. Sebab ia akan lebih mementingkan petunjuk sahabatnya dari bangsa jin ketimbang memelihara kemampuan akal pikirannya. Tegasnya, cara berfikirnya akan berubah dari yang manusiawi kepada cara berfikir yang magic / mistik. Cara ini juga bertentangan dengan agama dan td yang selalu memprioritaskan akal sebagai alat senjata td itu sendiri. Di sini kesadaran akal dijadikan tumpuan kemampuan dari konsentrasi.
Dengan demikian jelaslah jawaban yang sesungguhnya bahwa persahabatan dengan jin tidak baik, berisiko kesesatan aqidah, bertentangan dengan agama maupun tenaga dalam. Sebenarnya banyak lagi risiko kemudaratan yang tidak dapat disampaikan. Mungkin akan lebih cocok jika dibahas secara tersendiri dalam sebuah buku tentangnya. وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا(6) وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا(10) إِنَّ التَّقَرُّبَ إِلَىالرُّحَا نِيَّا تِ وَخِدْ مَةَ مُلُوْكِ الْجَا نَّ مِنَ السِّحْرِ




Tiada ada bukti jin diutuskan untuk bantu manusia

SOALAN:
Bapa saudara saya seorang guru agama yang juga mengubat orang secara tradisional dan mengaku bersahabat dengan jin Islam. Beliau menuntut ilmu ini dari seorang guru di utara semenanjung dengan amalan; berpuasa mutih, pati geni dan berkhalwat, lalu akhirnya dia bersahabat dengan jin tadi.
Beliau selalu menekankan apa yang dilakukan adalah untuk membantu orang lain. Di sini saya menjadi keliru, tidak mungkin apa yang dilakukan olehnya salah, kerana beliau seorang guru agama dan tahu hukum. Apa salahnya bersahabat dengan jin Islam, sama kita bersahabat dengan manusia, malah dalam keadaan tertentu saya perhatikan, manusia berkelakuan lebih jahat daripada jin-jin, merogol, membunuh dan membakar mangsa. Bapa saya tidak meminta apa-apa bayaran daripada pertolongan yang dilakukannya. - MOHD. KHALIL SAHUDIN, Kuala Lumpur.
JAWAPAN:
Memang benar manusia ada kalanya lebih jahat daripada jin-jin seperti yang saudara katakan, dan itulah di antara peristiwa yang berlaku di kalangan manusia. Mereka inilah yang dikatakan sebagai manusia yang berkelakuan seperti jin ataupun syaitan, malah mereka ini lebih bahaya daripada jin-jin, terutamanya di kalangan mereka yang mempunyai kuasa, kekuatan, kekayaan dan sebagainya. Kejahatan jin-jin boleh diatasi apabila seseorang itu kuat imannya, mempunyai roh yang kuat dan dia memohon perlindungan daripada Allah.
Perlu difahami, bahawa orang yang mempunyai latar belakang agama tidak semestinya tahu hal yang berkaitan dengan jin-jin, makhluk halus dan sebagainya. Mempelajari ilmu fikah, ilmu tauhid, tafsir, tasauf, nahu, sifir dan sebagainya tidak ada kaitan dengan hakikat kehidupan makhluk-makhluk halus. Dalam Islam, mempelajari ilmu sihir itu adalah ditegah, sihir itu boleh menyebabkan syirik, iaitu menyekutukan Allah, tetapi apa yang dikatakan sebagai sihir itu tidak diajar di sekolah-sekolah, tidak menjadi sebahagian daripada kurikulum pembelajaran sama ada di sekolah menengah, universiti, di Malaysia, atau di mana-mana universiti. Dengan itu, ungkapan untuk menyatakan bahawa seorang guru agama yang tahu hukum hakam, dan mengajar agama itu memahami hal-hal yang berkaitan dengan ilmu ghaib ataupun ilmu kebatinan adalah satu anggapan yang meleset.
Penerangan tentang ilmu kebatinan atau hal-hal yang berkaitan dengan alam ghaib terdapat dalam buku-buku sampingan, bercampur aduk dengan penerangan yang karut-marut. Mereka yang terlibat dengan amalan kebatinan sebahagian daripadanya adalah orang yang expert, kerana mereka adalah orang yang mengamalkannya secara praktikal, namun demikian, oleh kerana ilmu tersebut sesuatu yang tersembunyi, rahsia, ia tidak mudah dicungkil atau diberitahu kepada orang ramai, biarpun untuk mengungkapkan atau mengkajinya bukan sesuatu yang mustahil. Berdasarkan hujah saudara, memang tidak salah bersahabat dengan jin Islam. Dalam pemikiran saudara mungkin tercanang, bahawa bersahabat dengan jin itu lebih baik daripada bersahabat dengan manusia yang menghisap dadah, menjadi bapa ayam, penjual video lucah, perogol, pembunuh yang diakhiri dengan amalan membunuh dan sebagainya. Kenapa saudara bandingkan jin tadi dengan manusia yang jahat, yang tidak beriman kepada Allah, dan kenapa saudara tidak membandingkan jin tadi yang dipercayai sebagai Islam itu dengan manusia yang baik-baik.
Di Malaysia ini terdapat lebih daripada 20 juta manusia, dan apabila terdapat sebanyak 10 atau 15 kes yang melibatkan kejahatan manusia, kenapa saudara borong seolah-olah manusia ini semuanya sudah menjadi jahat, lalu saudara merajuk tidak mahu bersahabat dengan manusia, lalu akhirnya berkiblat, mahu bersahabat dengan jin-jin. Saudara perlu kembali kepada sejarah di mana Allah pernah murka, melaknat, dan menghalau iblis daripada syurga dalam keadaan hina hingga hari kiamat, dan akan dimasukkan ke dalam neraka kerana keengganannya sujud kepada Adam, sebagai menghormati kejadian Allah.Apabila ini terjadi, iblis bersumpah yang dia akan menipu dan mengganggu manusia, membolehkan mereka dibawa ke dalam neraka bersama. Allah menjawab, menyatakan bahawa iblis dan syaitan juga konco-konconya tidak berupaya atau tidak mempunyai kekuatan terhadap manusia kecuali di kalangan mereka yang mengikuti jejak langkah iblis dan syaitan, yang terdiri daripada mereka yang sesat. Dalam al-Quran dijelaskan bagaimana iblis menipu Adam dan Hawa sehingga mereka terkeluar dari syurga, menipu Qabil dan Habil menyebabkan mereka bunuh-membunuh, menyakiti Nabi Allah Ayyub, menyakiti tubuhnya, juga memusnahkan harta benda, begitu juga ketika berlaku ribut taufan Nabi Noh, peristiwa sihir di zaman Nabi Allah Musa, sehingga ke zaman Nabi s.a.w. iaitu sebelum berlaku peristiwa Hijrah, peristiwa sihir yang berlaku ke atas Nabi s.a.w. dan sebagainya.
Tunduk
Iblis menipu manusia menyebabkan manusia tunduk kepada nafsu, merogol, membunuh, rasuah, menipu, menyalahgunakan kuasa, pecah amanah dan sebagainya, yang kesemuanya melibatkan dosa-dosa; dosa kecil atau dosa besar, untuk jangka masa pendek atau panjang. Satu trend yang paling memberi kesan, yang tidak mudah disedari oleh manusia ialah menjadikan Islam, atau unsur-unsur Islam itu sebagai jalan untuk menipu manusia, menyebabkan manusia menganggap jin-jin yang didampingi, yang dipohon pertolongannya itu sebagai jin-jin Islam, yang dituntut, dipelajari dengan cara Islam, yang melibatkan amalan yang mempunyai ciri-ciri Islam, lalu ia didatangi oleh makhluk yang dianggap sebagai jin Islam, seperti yang terjadi ke atas bapa saudara yang saudara sebutkan.
Di antara kaedah untuk bersahabat dengan jin, yang dianggap sebagai jin Islam ialah dengan berkhalwat, di satu tempat yang dianggap bersih, dalam keadaan berwuduk, bersih tubuh dan pakaian. Puasa beberapa hari tertentu, yang dimulai pada hari-hari tertentu menurut ajaran guru. Kemudian membaca surah Al-Ikhlas seribu kali, surah Yasin, surah Ad-Dukkhan, surah As-Sajdah dan Tabaraka, sekali setiap surah. Pada hari terakhir, pada kebiasaan setelah seminggu beramal demikian, ia hendaklah menjauhkan diri daripada manusia, beramal yang dimulakan pada tengah malam, iaitu selepas pukul 12 malam, ataupun selepas pukul 3 pagi. Pada malam terakhirnya ini ia tidak boleh tidur. Inilah malam yang penting, menentukan sama ada ilmu yang dituntut itu berjaya atau gagal.
Ia akan didatangi oleh makhluk, iaitu dalam keadaan sedar, berjubah hijau atau putih, menghulur tangan, bertanya apa yang diperlukan oleh manusia. Ia hendaklah memberitahu apa yang dihajati olehnya, iaitu untuk bersahabat dengan jin berkenaan. Dalam masyarakat Melayu, terlalu banyak kaedah yang berbeza yang dilakukan dalam usaha bersahabat dengan jin-jin, yang ada kalanya diisytiharkan sebagai ``jin Islam'', ``rijalul ghaib'', ``roh-roh'', ``khadam ayat'' dan sebagainya. Makhluk yang diseru datang, berdampingan dengan manusia inilah yang dikatakan boleh membantu manusia untuk melakukan rawatan, menjaga rumah ketika tuannya berpergian, menjaga harta benda, melindungi diri dan sebagainya. Perlu dijelaskan bahawa manusia tidak boleh memohon perlindungan atau pertolongan selain daripada Allah, kerana ini boleh menyebabkan syirik. Satu dosa yang tidak diampuni oleh Allah. Adalah di luar kemampuan manusia untuk menentukan jin yang datang itu Islam atau kafir. Memang tuntutan yang dilakukan untuk bersahabat dengan makhluk ini mengandungi unsur-unsur Islam, termasuk ayat-ayat yang dibaca, berwuduk, puasa dan sebagainya, tetapi, makhluk yang datang itu bukan semestinya Islam. Sesungguhnya tipu daya iblis dan syaitan itu terlalu tinggi, di luar kemampuan manusia mengatasinya kecuali dengan ihsan Allah jua.
Dijelaskan (An-Nisa':3 , bahawa barang siapa menjadikan syaitan itu teman, maka makhluk ini adalah seburuk-buruk teman. Allah melarang menyeru atau menyembah makhluk yang tidak memberi manfaat atau mudarat. Sekiranya manusia berbuat demikian, mereka termasuk dalam golongan orang yang zalim (Yunus: 106). Memang ada manusia yang memohon perlindungan jin-jin. Jin-jin itu akan menambah lagi mereka dosa dan kesalahan (Al-Jinn: 6). Berbanding dengan jin-jin, manusia adalah khalifah di muka bumi ini. Kerana kemuliaannya, Allah mengutus nabi dan rasul dari golongan manusia, bukan dari golongan jin. Jin berguru kepada Nabi s.a.w. Guru lebih berilmu, mempunyai keistimewaan berbanding dengan murid. Kerana itu manusia tidak perlu bersahabat atau berguru dengan jin untuk memperoleh pertolongan. Adalah di luar kemampuan manusia untuk memastikan agama yang dianuti oleh jin-jin. Terlalu banyak helah dan tipu daya boleh dilakukan terutamanya oleh jin-jin dalam usaha memesongkan iktikad manusia, termasuklah menggunakan ayat-ayat al-Quran, dalam tuntutan seperti yang dijelaskan.
Dalam Islam tidak ada puasa mutih, Islam mempunyai puasa Ramadan, puasa Nabi Daud, puasa Khamis dan puasa nazar, tetapi dalam amalan kebatinan Melayu, memang ada puasa dalam beberapa hari ganjil, yang hanya boleh memakan nasi tanpa lauk, atau lauk yang terdiri daripada benda tidak bernyawa. Dalam Islam setiap yang halal boleh dimakan oleh mereka yang berbuka puasa, begitu juga dengan pati geni. Dalam Islam tidak ada ibadah puasa dalam hari tertentu, selama seminggu, lima atau tiga hari, yang diakhiri pada malam terakhirnya dengan berjaga sepanjang malam, tidak boleh tidur sehingga fajar menyingsing. Rasulullah s.a.w. pernah berkhalwat di Gua Hira', tetapi baginda berbuat demikian bukan mengikut ajaran guru, di mana baginda akan didatangi oleh makhluk jin, atau mana-mana makhluk tertentu, secara sengaja, seperti yang banyak terjadi di kalangan mereka yang mempelajari ilmu kebatinan, yang dipercayai sebagai roh-roh, rijalul ghaib, khadam ayat, wali Allah dan sebagainya, yang sebenarnya makhluk ini adalah daripada jin-jin, yang akhirnya dikatakan boleh membantu untuk melakukan rawatan, dalam keadaan menurun, untuk menjaga harta benda, rumah, kebun, anak isteri dan sebagainya ketika orang yang mempunyai ilmu ini berpemergian.
Tidak terdapat bukti daripada mana-mana sumber, sama ada daripada al-Quran, hadis, amalan sunah, para sahabat dan sebagainya memperlihatkan bahawa Allah mengutus jin-jin itu untuk membantu manusia, tidak kira sama ada jin Islam ataupun bukan Islam. Walaupun demikian, terdapat banyak amaran Allah agar manusia menjauhkan diri daripada iblis dan syaitan, jangan bersahabat dengan syaitan, biar dalam keadaan apa sekalipun, kerana syaitan itu adalah musuh yang nyata. Seperti yang dijelaskan bahawa iblis pernah memohon agar dipanjangkan nyawanya sehinggalah hari kiamat, untuk menyesat dan menipu manusia, dan permintaan ini diperkenankan oleh Allah. Di antara jalan, atau tipu helah iblis dan syaitan terhadap manusia, yang tidak mudah disedari oleh manusia ialah dengan menonjolkan unsur Islam menyebabkan seseorang itu menganggap makhluk yang mendampinginya itu adalah terdiri daripada jin Islam, yang datang membantu manusia, pada hal hakikat sebenarnya hanya diketahui Allah.
Sesungguhnya syaitan itu pernah bersumpah di hadapan Allah, yang menyebut, ``Demi kemuliaan-Mu, sesungguhnya aku tidak akan berpisah daripada anak Adam, sehinggalah roh anak Adam itu berpisah daripada jasadnya''. Bermaksud bahawa makhluk ini sentiasa berusaha menyesatkan manusia, daripada awal kelahirannya, sehingga mati. Ketika itu makhluk ini akan pergi, meninggalkan manusia, sama ada mati dalam keadaan beriman ataupun dalam keadaan kufur.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More