HUKUM ZINA DALAM ISLAM
Firman Allah SWT dan Hadits Nabi tentang Hukuman Zina
اَلزَّانِيَةُ وَ الزَّانِيْ
فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ، وَّ لاَ
تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللهِ اِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ، وَ لْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا
طَآئِفَةٌ مّنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ. النور:2
Perempuan yang berzina dan laki-laki
yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali
dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
(menjalankan) agama Allah jika kamu beriman kepada Allah dan har
akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan dari orang-orang yang beriman. [QS. An-Nuur : 2]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ وَ زَيْدِ بْنِ
خَالِدٍ اْلجُهَنِيّ اَنَّهُمَا قَالاَ: اِنَّ رَجُلاً مِنَ اْلاَعْرَابِ
اَتَى رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اَنْشُدُكَ اللهَ
اِلاَّ قَضَيْتَ لِى بِكِتَابِ اللهِ. وَ قَالَ اْلخَصْمُ اْلآخَرُ وَ هُوَ
اَفْقَهُ مِنْهُ: نَعَمْ، فَاقْضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللهِ وَ ائْذَنْ
لِى. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: قُلْ، قَالَ: اِنَّ ابْنِى كَانَ عَسِيْفًا
عَلَى هذَا فَزَنَى بِامْرَأَتِهِ، وَ اِنِّى اُخْبِرْتُ اَنَّ عَلَى
ابْنِى الرَّجْمَ فَافْتَدَيْتُ مِنْهُ بِمِائَةِ شَاةٍ وَ وَلِيْدَةٍ.
فَسَأَلْتُ اَهْلَ اْلعِلْمِ، فَاَخْبَرُوْنِى اَنَّمَا عَلَى ابْنِى
جَلْدُ مِائَةٍ وَ تَغْرِيْبُ عَامٍ، وَ اَنَّ عَلَى امْرَأَةِ هذَا
الرَّجْمَ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: وَ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ
َلأَقْضِيَنَّ بَيْنَكُمَا بِكِتَابِ اللهِ. اْلوَلِيْدَةُ وَ اْلغَنَمُ
رَدٌّ. وَ عَلَى ابْنِكَ جَلْدُ مِائَةٍ وَ تَغْرِيْبُ عَامٍ. وَ اغْدُ يَا
أُنَيْسُ اِلَى امْرَأَةِ هذَا، فَاِنِ اعْتَرَفَتْ فَارْجُمْهَا. قَالَ:
فَغَدَا عَلَيْهَا، فَاعْتَرَفَتْ، فَاَمَرَ بِهَا رَسُوْلُ اللهِ ص،
فَرُجِمَتْ. مسلم 4: 1324
Dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid
Al-Juhaniy, mereka berkata : Bahwa ada seorang laki-laki Badui datang
kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Ya Rasulullah, Demi Allah,
sungguh aku tidak meminta kepadamu kecuali engkau memutuskan hukum
untukku dengan kitab Allah”. Sedang yang lain berkata (dan dia lebih
pintar dari padanya), “Ya, putuskanlah hukum antara kami berdua ini
menurut kitab Allah, dan ijinkanlah aku (untuk berkata)”. Lalu
Rasulullah SAW menjawab, “Silakan”. Maka orang yang kedua itu berkata,
“Sesungguhnya anakku bekerja pada orang ini, lalu berzina dengan
istrinya, sedang aku diberitahu bahwa anakku itu harus dirajam. Maka aku
menebusnya dengan seratus kambing dan seorang hamba perempuan, lalu aku
bertanya kepada orang-orang ahli ilmu, maka mereka memberi tahu bahwa
anakku hanya didera seratus kali dan diasingkan selama setahun, sedang
istri orang ini harus dirajam”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Demi
Tuhan yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh aku akan putuskan kalian berdua
dengan kitab Allah. Hamba perempuan dan kambing itu kembali kepadamu,
sedang anakmu harus didera seratus kali dan diasingkan selama
setahun”. Dan engkau hai Unais, pergilah ke tempat istri orang ini, dan
tanyakan, jika dia mengaku, maka rajamlah dia”. Abu Hurairah berkata,
“Unais kemudian berangkat ke tempat perempuan tersebut, dan perempuan
tersebut mengaku”. Lalu Rasulullah SAW memerintahkan untuk merajamnya,
kemudian ia pun dirajam. [HR. Muslim juz 3, hal. 1324]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص قَضَى فِيْمَنْ زَنَى وَ لمَْ يُحْصَنْ بِنَفْيِ عَامٍ
بِاِقَامَةِ اْلحَدّ عَلَيْهِ. البخارى 8: 28
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah
SAW pernah memutuskan hukuman orang yang berzina tetapi tidak muhshan,
yaitu dengan diasingkan setahun dan dikenakan hukuman dera. [HR. Bukhari
juz 8, hal. 28]
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: خُذُوْا عَنّى، خُذُوْا عَنّى. قَدْ جَعَلَ اللهُ
لَهُنَّ سَبِيْلاً. اَلْبِكْرُ بِاْلبِكْرِجَلْدُ مِائَةٍ وَ نَفْيُ
سَنَةٍ وَ الثَّيّبُ بِالثَّيّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَ الرَّجْمُ. مسلم 3:
1316
Dari ‘Ubadah bin Shamit ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah (hukum itu) dariku, ambillah (hukum
itu) dariku. Sungguh Allah telah membuat jalan bagi mereka (para
wanita), yaitu : Perawan (yang berzina) dengan jejaka, sama-sama didera
seratus kali dan diasingkan setahun. Sedang janda dengan duda, sama-sama
didera seratus kali dan dirajam”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1316]
عَنْ جَابِرٍ اَنَّ رَجُلاً زَنَى
بِامْرَأَةٍ، فَاَمَرَ بِهِ النَّبِيُّ ص: فَجُلِدَ اْلحَدَّ، ثُمَّ
اُخْبِرَ اَنَّهُ مُحْصَنٌ، فَاَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ. ابو داود 4: 151، 4438
Dari Jabir (bin ‘Abdullah) bahwa ada
seorang laki-laki berzina dengan seorang perempuan, lalu Nabi SAW
memerintahkan agar si laki-laki itu didera sebagai hukumannya. Tetapi
kemudian beliau diberitahu, bahwa laki-laki tersebut adalah muhshan (sudah nikah), maka diperintahkan untuk dirajam, lalu orang itupun dirajam. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 151, no 4438]
Keterangan :
- Dari hadits-hadits diatas bisa diambil pengertian bahwa hukuman zina muhshan (laki atau perempuan yang sudah pernah nikah), adalah dirajam hingga mati. Adapun hukuman dera bagi mereka hanyalah sebagai hukuman tambahan.
- Sedangkan hukuman zina yang bukan muhshan (jejaka atau perawan), adalah didera/dijilid seratus kali. Adapun hukuman pengasingan hanya sebagai hukuman tambahan.
Dilaksanakan hukuman apabila sudah jelas berbuat zina.
وَ الّتِيْ يَأْتِيْنَ اْلفَاحِشَةَ
مِنْ نّسَآئِكُمْ فَاسْتَشْهِدُوْا عَلَيْهِنَّ اَرْبَعَةً مّنْكُمْ،
فَاِنْ شَهِدُوْا فَاَمْسِكُوْهُنَّ فِى اْلبُيُوْتِ حَتّى يَتَوَفّهُنَّ
اْلمَوْتُ اَوْ يَجْعَلَ اللهُ لَهُنَّ سَبِيْلاً. النساء:15
Dan (terhadap) para wanita yang
mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara
kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai
mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain
kepadanya. [QS.An-Nisaa’ : 15]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّهُ
قَالَ: اَتَى رَجُلٌ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ رَسُوْلَ اللهِ ص وَ هُوَ فِى
اْلمَسْجِدِ فَنَادَاهُ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى زَنَيْتُ
فَاَعْرَضَ عَنْهُ فَتَنَحَّى بِلِقَاءِ وَجْهِهِ. فَقَالَ لَهُ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى زَنَيْتُ. فَاَعْرَضَ عَنْهُ حَتَّى ثَنَى ذلِكَ
عَلَيْهِ اَرْبَعَ مَرَّاتٍ، فَلَمَّا شَهِدَ عَلَى نَفْسِهِ اَرْبَعَ
شَهَادَاتٍ دَعَاهُ رَسُوْلُ اللهِ ص فَقَالَ: اَبِكَ جُنُوْنٌ؟ قَالَ:
لاَ. قَالَ: فَهَلْ اَحْصَنْتَ؟ قَالَ: نَعَمْ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص:
اِذْهَبُوْا بِهِ فَارْجُمُوْهُ. قَالَ ابْنُ شِهَابٍ: فَاَخْبَرَنِى مَنْ
سَمِعَ جَابِر َبْنَ عَبْدِ اللهِ يَقُوْلُ: كُنْتُ فِيْمَنْ رَجَمَهُ،
فَرَجَمْنَاهُ بِاْلمُصَلَّى. فَلَمَّا اَذْلَقَتْهُ اْلحِجَارَةُ هَرَبَ،
فَاَدْرَكْنَاهُ بِاْلحَرَّةِ، فَرَجَمْنَاهُ. مسلم 3: 1318
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya ia
berkata, Ada seorang laki-laki dari kaum muslimin menghadap Rasulullah
SAW di masjid, lalu menyeru, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku
benar-benar telah berzina”. Kemudian Rasulullah SAW berpaling, beliau
menjauhi wajahnya, lalu orang itu berkata lagi, “Ya Rasulullah,
sesungguhnya aku benar-benar berzina”. Maka Rasulullah SAW berpaling
sehingga orang tersebut mengulangi yang demikian itu sampai empat kali.
Setelah ia bersaksi atas dirinya empat kali, maka Rasulullah SAW
memanggilnya, lalu bertanya, “Apakah kamu gila ?” Ia menjawab, “Tidak”.
Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau sudah nikah ?” Ia menjawab, “Sudah”.
Lalu Rasulullah SAW menyuruh para sahabat, “Bawalah dia dan rajamlah”.
Ibnu Syihab berkata, ada seorang yang mendengar dari Jabir bin Abdullah
memberitahukan kepadaku, bahwa Jabir berkata, “Aku termasuk salah
seorang yang merajamnya, yaitu kami rajam dia di mushalla (lapangan yang
biasa untuk shalat ‘ied). Tetapi tatkala batu-batu lemparan itu
melukainya, ia lari, lalu kami tangkap dia di Harrah, kemudian kami
rajam (sampai mati)”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1318].
عَنْ جَابِرٍ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ:
رَأَيْتُ مَاعِزَ بْنَ مَالِكٍ جِيْءَ بِهِ اِلَى النَّبِيّ ص رَجُلٌ
قَصِيْرٌ اَعْضَلُ لَيْسَ عَلَيْهِ رِدَاءٌ، فَشَهِدَ عَلَى نَفْسِهِ
اَرْبَعَ مَرَّاتٍ اَنَّهُ زَنَى، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: فَلَعَلَّكَ؟
قَالَ: لاَ، وَ اللهِ. اِنَّهُ قَدْ زَنَى اْلآخِرُ قَالَ فَرَجَمَهُ. مسلم
3: 1319
Dari Jabir bin Samurah, ia berkata, Aku
pernah melihat Ma’iz bin Malik dibawa menghadap Nabi SAW. dia adalah
seorang laki-laki yang berperawakan pendek kekar, ia tidak memakai
ridaa’. Lalu ia bersaksi atas dirinya empat kali, bahwa ia telah
berzina. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, "Barangkali (engkau gila) ?”
Ia menjawab, “Tidak, demi Allah”. Memang benar-benar dia telah berzina.
(Jabir berkata), “Lalu dia dirajam”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1319].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص
قَالَ لِمَاعِزِ بْنِ مَالِكٍ اَحَقٌّ مَا بَلَغَنِى عَنْكَ؟ قَالَ: وَ
مَا بَلَغَكَ عَنّى؟ قَالَ: بَلَغَنِى اَنَّكَ قَدْ وَقَعْتَ بِجَارِيَةِ
آلِ فُلاَنٍ. قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَشَهِدَ اَرْبَعَ شَهَادَاتٍ.
فَاَمِرَ بِهِ، فَرُجِمَ. مسلم 3: 1320
Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Nabi SAW
bertanya kepada Ma’iz, “Betulkah apa yang sampai kepadaku tentang
masalahmu itu ?”. Ia membalas bertanya, “Apa yang sampai kepadamu
tentang aku ?”. Nabi SAW bersabda, “Berita yang sampai kepadaku, bahwa
engkau telah mengumpuli seorang perempuan keluarga si fulan”. Ia
menjawab, “Betul”. (Ibnu ‘Abbas berkata), “Lalu ia bersaksi atas dirinya
empat kali. Kemudian Nabi SAW memerintahkan supaya dirajam, lalu ia
dirajam”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1320].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَاءَ
مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ اِلَى النَّبِيّ ص فَاعْتَرَفَ بِالزّنَا
مَرَّتَيْنِ، فَطَرَدَهُ، ثُمَّ جَاءَ فَاعْتَرَفَ بِالزّنَا مَرَّتَيْنِ،
قَالَ: شَهِدْتَ عَلَى نَفْسِكَ اَرْبَعَ مَرَّاتٍ اِذْهَبُوْا بِهِ،
فَارْجُمُوْهُ. ابو داود 4: 147، رقم: 4426
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata : Ma’iz bin
Malik menghadap Nabi SAW mengaku telah berzina, dia mengulangi
pengakuannya dua kali. Lalu Nabi SAW menyuruhnya keluar. Kemudian ia
datang lagi, mengaku telah berzina, dia mengulangi pengakuannya dua kali
lagi. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Karena engkau telah bersaksi atas
dirimu empat kali, maka sekarang (hai para sahabat) bawalah dia lalu
rajamlah !”. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 147, no. 4426]
عَنْ اَبِى بَكْرٍ قَالَ: كُنْتُ
عِنْدَ النَّبِيِّ ص جَالِسًا فَجَاءَ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ فَاعْتَرَفَ
عِنْدَهُ مَرَّةً فَرَدَّهُ، ثُمَّ جَاءَهُ فَاعْتَرَفَ عِنْدَهُ
الثَّانِيَةَ، فَرَدَّهُ، ثُمَّ جَاءَهُ فَاعْتَرَفَ الثَّالِثَةَ،
فَرَدَّهُ، فَقُلْتُ لَهُ: اِنَّكَ اِنِ اعْتَرَفْتَ الرَّابِعَةَ
رَجَمَكَ. قَالَ: فَاعْتَرَفَ الرَّابِعَةَ، فَحَبَسَهُ، ثُمَّ سَأَلَ
عَنْهُ، فَقَالُوْا: مَا نَعْلَمُ اِلاَّ خَيْرًا. قَالَ: فَاَمَرَ
بِرَجْمِهِ. احمد 1: 28، رقم: 41
Dari Abu Bakar (Ash-Shiddiq), ia berkata,
“Dahulu ketika aku duduk di samping Nabi SAW lalu ada seorang laki-laki
bernama Ma’iz bin Malik datang di hadapan Nabi SAW lalu mengaku bahwa ia
telah berzina, sekali pengakuan, maka Nabi SAW menolaknya. Kemudian ia
datang lagi dan mengaku di hadapan Nabi SAW untuk kedua kalinya, lalu
Nabi SAW menolaknya. Kemudian ia datang lagi dan mengaku di hadapan Nabi
SAW untuk ketiga kalinya, lalu Nabi SAW menolaknya lagi”. Kemudian aku
(Abu Bakar) berkata, kepada Ma’iz, “Kalau engkau mengaku yang keempat
kalinya, pasti akan dirajam”. Lalu ia pun mengaku yang keempat kalinya.
Kemudian ia ditahan. Kemudian Nabi SAW bertanya (kepada para sahabat)
tentang dia. Maka jawab shahabat, “Kami tidak mengetahuinya kecuali
kebaikan”. (Abu Bakar) berkata, “Kemudian Nabi SAW memerintahkan supaya
dirajam”. [HR. Ahmad juz 1, hal. 28, no. 41]
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: كُنَّا
اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ص، نَتَحَدَّثُ اَنَّ اْلغَامِدِيَّةَ وَ مَاعِزَ
بْنَ مَالِكٍ لَوْ رَجَعَا بَعْدَ اعْتِرَافِهِمَا، اَوْ قَالَ: لَوْ لَمْ
يَرْجِعَا بَعْدَ اعْتِرَافِهِمَا لَمْ يَطْلُبْهُمَا. وَ اِنَّمَا
رَجَمَهُمَا بَعْدَ الرَّابِعَةِ. ابو داود 4: 141، رقم: 4434
Dari Buraidah ia berkata, “Kami para
sahabat Rasulullah SAW pernah berbincang-bincang tentang masalah
perempuan Ghamidiyah dan Ma’iz bin Malik, seandainya mereka berdua itu
mau menarik pengakuannya itu, atau mereka tidak menarik sesudah
pengakuannya (yang ketiga kali), itu niscaya merekapun tidak akan
dituntut. Mereka itu dirajam, hanyalah karena pengakuannya yang keempat
kalinya”. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 141, no. 4434]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: لَمَّا
اَتَى مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ النَّبِيَّ ص قَالَ لَهُ: لَعَلَّكَ قَبَّلْتَ،
اَوْ غَمَزْتَ اَوْ نَظَرْتَ؟ قَالَ: لاَ، يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ:
اَنِكْتَهَا؟ لاَ يَكْنِى. قَالَ: فَعِنْدَ ذلِكَ اَمَرَ بِرَجْمِهِ.
البخارى 8: 24
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata : Tatkala
Ma’iz bin Malik datang kepada Nabi SAW, Nabi SAW bertanya kepadanya,
“Barangkali engkau hanya mencium saja, atau mungkin engkau sekedar
meraba saja atau mungkin sekedar memandang saja ?”. Ma’iz menjawab,
“Tidak ya Rasulullah”. Lalu Nabi SAW bertanya, “Apakah engkau setubuhi
dia ?”. (Beliau tidak menggunakan kata sindiran). (Ibnu ‘Abbas berkata),
“Ketika itu lalu beliau memerintahkan untuk dirajam”. [HR. Bukhari juz
8, hal. 24]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: جَاءَ
اْلاَسْلَمِيُّ نَبِيَّ اللهِ ص فَشَهِدَ عَلَى نَفْسِهِ اَنَّهُ اَصَابَ
امْرَأَةً حَرَامًا اَرْبَعَ مَرَّاتٍ، كُلُّ ذلِكَ يُعْرِضُ عَنْهُ
النَّبِيُّ ص، فَاَقْبَلَ فِى اْلخَامِسَةِ، فَقَالَ: اَنِكْتَهَا؟ قَالَ:
نَعَمْ. قَالَ حَتَّى غَابَ ذلِكَ مِنْكَ فِى ذلِكَ مِنْهَا؟ قَالَ:
نَعَمْ. قَالَ: كَمَا يَغِيْبُ اْلمِرْوَدُ فِى اْلمِكْحَلَةِ وَالرّشَاءُ
فِى اْلبِئْرِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَهَلْ تَدْرِى مَا الزّنَا؟ قَالَ:
نَعَمْ. اَتَيْتُ مِنْهَا حَرَامًا مَا يَأْتِى الرَّجُلُ مِنِ امْرَأَتِهِ
حَلاَلاً. قَالَ: فَمَا تُرِيْدُ بِهذَا اْلقَوْلِ؟ قَالَ: اُرِيْدُ اَنْ
تُطَهّرَنِى. فَاَمَرَ بِهِ فَرُجِمَ. ابو داود 4: 148، رقم: 4428
Dari Abu Hurairah ia berkata : Seorang
laki-laki dari suku Aslam datang kepada Nabiyyullah SAW lalu ia mengaku
telah melakukan perbuatan haram dengan seorang perempuan, dengan empat
kali pengakuan. Setiap kali ia mengetengahkan pengakuannya itu Nabi SAW
berpaling. Lalu untuk yang kelima kalinya baru Nabi SAW menghadapinya,
seraya bertanya, “Apakah engkau setubuhi dia ?”. Ia menjawab, “Ya”. Nabi
SAW bertanya lagi,”Sehingga kemaluanmu masuk ke dalam farjinya ?”. Ia
menjawab, “Ya”. Nabi SAW bertanya lagi, “Apakah seperti celak masuk ke
dalam wadahnya dan seperti timba masuk ke dalam sumur ?” Ia menjawab,
“Ya”. Nabi bertanya lagi, “Tahukah engkau, apakah zina itu ?”. Ia
menjawab, “Ya, saya tahu. Yaitu saya melakukan perbuatan yang haram
dengan dia seperti seorang suami melakukan perbuatan halal dengan
istrinya”. Nabi SAW bertanya lagi, “Apakah yang kamu inginkan dengan
perkataanmu ini ?”. Ia menjawab, “Saya bermaksud supaya engkau dapat
membersihkan aku (sebagai taubat)”. Maka Nabi SAW memerintahkan agar ia
dirajam, lalu dia dirajam. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 148, no. 4428]
Sumber: http://salampathokan.blogspot.com/2012/10/hukuman-zina.html
Sumber: http://salampathokan.blogspot.com/2012/10/hukuman-zina.html
0 komentar:
Posting Komentar